Mengenai Saya
Pengikut
My Musik
Pas_Band_Jengah
Diberdayakan oleh Blogger.
Lakukanlah perbuatan yang baik untuk agama, kedua orang tua, bangsa, dan negara
Senin, 31 Januari 2011
Asal Usul Kumandang Adzan
Seiring dengan berlalunya waktu, para pemeluk agama Islam yang semula sedikit, bukannya
semakin surut jumlahnya. Betapa hebatnya perjuangan yang harus dihadapi untuk
menegakkan syiar agama ini tidak membuatnya musnah. Kebenaran memang tidak dapat
dmusnahkan.
Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang-orang yang menjadi penganutnya.
Demikian pula dengan penduduk dikota Madinah, yang merupakan salah satu pusat penyebaran
agama Islam pada masa-masa awalnya. Sudah sebagian tersebar dari penduduk yang ada
dikota itu sudah menerima Islam sebagai agamanya.
Ketika orang-orang Islam masih sedikit jumlahnya, tidaklah sulit bagi mereka untuk bisa
berkumpul bersama-sama untuk menunaikan sholat berjama` ah. Kini, hal itu tidak mudah lagi
mengingat setiap penduduk tentu mempunyai ragam kesibukan yang tidak sama. Kesibukan
yang tinggi pada setiap orang tentu mempunyai potensi terhadap kealpaan ataupun kelalaian
pada masing-masing orang untuk menunaikan sholat pada waktunya.
Dan tentunya, kalau hal ini dapat terjadi dan kemudian terus-menerus berulang, maka bisa
dipikirkan bagaimana jadinya para pemeluk Islam. Ini adalah satu persoalan yang cukup berat
yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.
Pada masa itu, memang belum ada cara yang tepat untuk memanggil orang sholat. Orang- orang biasanya berkumpul dimasjid masing -masing menurut waktu dan kesempatan yang dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah sholat jama `ah dimulai.
Atas timbulnya dinamika pemikiran diatas, maka timbul kebutuhan untuk mencari suatu cara yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan dan memanggil orang-orang untuk sholat tepat pada waktunya tiba.
Ada banyak pemikiran yang diusulkan. Ada sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu
sholat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa
dengan mudah melihat ketempat itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat orang
walaupun ia berada ditempat yang jauh. Ada yang menyarankan untuk membunyikan lonceng.
Ada juga yang mengusulkan untuk meniup tanduk kambing. Pendeknya ada banyak saran yang
timbul.
Saran-saran diatas memang cukup representatif. Tapi banyak sahabat juga yang kurang
setuju bahkan ada yang terang-terangan menolaknya. Alasannya sederhana saja : itu adalah
cara-cara lama yang biasanya telah dipraktekkan oleh kaum Yahudi. Rupanya banyak sahabat
yang mengkhawatirkan image yang bisa timbul bila cara-cara dari kaum kafir digunakan. Maka
disepakatilah untuk mencari cara-cara lain.
Lantas, ada usul dari Umar r.a jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil
kaum Muslim untuk sholat pada setiap masuknya waktu sholat. Saran ini agaknya bisa
diterima oleh semua orang, Rasulullah SAW juga menyetujuinya. Sekarang yang menjadi
persoalan bagaimana itu bisa dilakukan ? Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid
r.a meriwayatkan sbb :
"Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk sholat dimusyawarahkan, suatu malam dalam
tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku
dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu.
Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja.
Orang tersebut malah bertanya," Untuk apa ? Aku menjawabnya,"Bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan sholat." Orang itu berkata lagi,"Maukah kau kuajari cara yang lebih baik ?" Dan aku menjawab " Ya !"
Lalu dia berkata lagi, dan kali ini dengan suara yang amat lantang , " Allahu Akbar,Allahu
Akbar.."
Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perihal mimpi itu
kepada beliau. Dan beliau berkata,"Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping
Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan
seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama
Bilal."
Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar r.a, ia juga menceritakannya kepada Rasulullah
SAW . Nabi SAW bersyukur kepada Allah SWT atas semua ini.
Tulisan diambil dari Al-Islam Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Rasa Kasih Terlihat Dalam Mata
Sore itu adalah sore yang sangat dingin di Virginia bagian utara, berpuluh-puluh tahun yang
lalu. Janggut si orang tua dilapisi es musim dingin selagi ia menunggu tumpangan
menyeberangi sungai. Penantiannya seakan tak berakhir. Tubuhnya menjadi mati rasa dan
kaku akibat angin utara yang dingin.
Samar-samar ia mendengar irama teratur hentakan kaki kuda yang berlari mendekat di atas
jalan yang beku itu. Dengan gelisah iamengawasi beberapa penunggang kuda memutari
tikungan.
Ia membiarkan beberapa kuda lewat, tanpa berusaha untuk menarik perhatian. Lalu, satu lagi lewat, dan satu lagi. Akhirnya, penunggang kuda yang terakhir mendekati tempat si orang tua yang duduk seperti patung salju.
Saat yang satu ini mendekat, si orang tua menangkap mata si penunggang...dan ia pun berkata,
"Tuan, maukah anda memberikan tumpangan pada orang tua ini ke seberang ? Kelihatannya
tak ada jalan untuk berjalan kaki."
Sambil menghentikan kudanya, si penunggang menjawab, "Tentu. Naiklah." Melihat si orang
tua tak mampu mengangkat tubuhnya yang setengah membeku dari atas tanah, si penunggang
kuda turun dan menolongnya naik ke atas kuda.
Si penunggang membawa si orang tua itu bukan hanya ke seberang sungai, tapi terus ke
tempat tujuannya, yang hanya berjarak beberapa kilometer. Selagi mereka mendekati pondok
kecil yang nyaman, rasa ingin tahu si penunggang kuda atas sesuatu, mendorongnya untuk
bertanya,
"Pak, saya lihat tadi bapak membiarkan penunggang2 kuda lain lewat, tanpa berusaha meminta
tumpangan. Saya ingin tahu kenapa pada malam musim dingin seperti ini Bapak mau menunggu
dan minta tolong pada penunggang terakhir. Bagaimana kalau saya tadi menolak dan
meninggalkan bapak di sana?"
Si orang tua menurunkan tubuhnya perlahan dari kuda, memandang langsung mata si
penunggang kuda dan menjawab, "Saya sudah lama tinggal di daerah ini. Saya rasa saya cukup
kenal dengan orang."
Si orang tua melanjutkan, "Saya memandang mata penunggang yang lain, dan langsung tahu
bahwa di situ tidak ada perhatian pada keadaan saya. Pasti percuma saja saya minta
tumpangan.
Tapi waktu saya melihat matamu, kebaikan hati dan rasa kasihmu terasa jelas ada pada dirimu. Saya tahu saat itu juga bahwa jiwamu yang lembut akan menyambut kesempatan untuk memberi saya pertolongan pada saat saya membutuhkannya."
Komentar yang menghangatkan hati itu menyentuh si penunggang kuda dengan dalam. "Saya
berterima kasih sekali atas perkataan bapak", ia berkata pada si orang tua. "Mudah-mudahan
saya tidak akan terlalu sibuk mengurus masalah saya sendiri hingga saya gagal menanggapi
kebutuhan orang lain.."
Seraya berkata demikian, Thomas Jefferson, si penunggang kuda itu, memutar kudanya dan
melanjutkan perjalanannya menuju ke Gedung Putih.
The Sower's Seeds - Brian Cavanaugh.
Kau tak akan pernah tahu kapan kau akan memerlukan orang lain, atau kapan seseorang
memerlukanmu. Kebijakan dari seluruh hidupmu melukis sebuah citra dimatamu, yang
membantu orang lain melihat, menemukan pertolongan yang ia butuhkan, dan bahwa masih ada
keutamaan lain di dunia ini dari pada sekedar peduli dengan dirimu sendiri, yaitu
kepedulianmu pada orang lain, sahabatmu atau benar-benar orang lain.
Maka bila ada sahabat atau seseorang memerlukan perhatian atau bantuanmu, atau meminta
maaf atas satu kesalahan, itu karena ia menghormati dan menghargai kebaikan yang pasti ada
dalam jiwamu. Kau dapat menghormati juga permintaan itu, atau kau meninggalkannya di
tengah jalan sendirian.
created by syihab
Taubatnya malik Bin Dinar
Diriwayatkan dari Mali bin Dinar, dia pernah ditanya tentang sebab-sebab dia bertaubat,
maka dia berkata : "Aku adalah seorang polisi dan aku sedang asyik menikmati khamr,
kemudia akau beli seorang budak perempuan dengan harga mahal, maka dia melahirkan
seorang anak perempuan, aku pun menyayanginya.
Ketika dia mulai bisa berjalan, maka cintaku bertambah padanya. Setiap kali aku meletakkan minuman keras dihadapanku anak itu datang padaku dan mengambilnya dan menuangkannya di bajuku, ketika umurnya menginjak dua tahun dia meninggal dunia, maka aku pun sangat sedih atas musibah ini.
Ketika malam dipertengahan bulan Sya'ban dan itu di malam Jum'at, aku meneguk khamr lalu
tidur dan belum shalat isya'. Maka akau bermimpi seakan-akan qiyamat itu terjadi, dan
terompet sangkakala ditiup, orang mati dibangkitkan, seluruh makhluk dikumpulkan dan aku
berada bersama mereka, kemudian aku mendengar sesuatu yang bergerak dibelakangku.
Ketika aku menoleh ke arahnya kulihat ular yang sangat besar berwarna hitam kebiru-biruan
membuka mulutnya menuju kearahku, maka aku lari tunggang langgang karena ketakutan,
Ditengah jalan kutemui seorang syaikh yang berpakaian putih dengan wangi yang semerbak,
maka aku ucapkan salam atasnya, dia pun menjawabnya, maka aku berkata :
"Wahai syaikh ! Tolong lindungilah aku dari ular ini semoga Allah melindungimu". Maka syaikh
itu menangis dan berkata padaku :
"Aku orang yang lemah dan ular itu lebih kuat dariku dan aku tak mampu mengatasinya, akan
tetapi bergegaslah engkau mudah-mudahan Allah menyelamatkanmu",
Maka aku bergegas lari dan memanjat sebuah tebing Neraka hingga sampai pada ujung tebing itu, aku lihat kobaran api Neraka yang sangat dahsyat, hampir saja aku terjatuh kedalamnya karena rasa takutku pada ular itu. Namun pada waktu itu seorang menjerit memanggilku,
"Kembalilah engkau karena engkau bukan penghuni Neraka itu!", aku pun tenang
mendengarnya, maka turunlah aku dari tebing itu dan pulang. Sedang ular yang mengejarku
itu juga kembali. Aku datangi syaikh dan aku katakan,
"Wahai syaikh, aku mohon kepadamu agar melindungiku dari ular itu namun engkau tak mampu
berbuat apa-apa". Menangislah syaikh itu seraya berkata, "Aku seorang yang lemah tetapi
pergilah ke gunung itu karena di sana terdapat banyak simpanan kaum muslimin, kalau engkau
punya barang simpanan di sana maka barang itu akan menolongmu"
Aku melihat ke gunung yang bulat itu yang terbuat dari perak. Di sana ada setrika yang telah retak dan tirai-tirai yang tergantung yang setiap lubang cahaya mempunyai daun-daun pintu dari emas dan di setiap daun pintu itu mempunyai tirai sutera.
Ketika aku lihat gunung itu, aku langsung lari karena kutemui ular besar lagi. Maka tatkala
ular itu mendekatiku, para malaikat berteriak : "Angkatlah tirai-tirai itu dan bukalah pintu - Created by: Syihab
Page 9 of 38
pintunya dan mendakilah kesana!" Mudah-mudahan dia punya barang titipan di sana yang
dapat melindunginya dari musuhnya (ular).
Ketika tirai-tirai itu diangkat dan pintu-pintu telah dibuka, ada beberapa anak dengan wajah
berseri mengawasiku dari atas. Ular itu semakin mendekat padaku, maka aku kebingungan,
berteriaklah anak-anak itu :
"Celakalah kamu sekalian!, Cepatlah naik semuanya karena ular besar itu telah mendekatinya". Maka naiklah mereka dengan serentak, aku lihat anak perempuanku yang telah meninggal ikut mengawasiku bersama mereka. Ketika dia melihatku, dia menangis dan berkata :
"Ayahku, demi Allah!" Kemudian dia melompat bak anak panah menuju padaku, kemudian dia
ulurkan tangan kirinya pada tangan kananku dan menariknya, kemudian dia ulurkan tangan
kanannya ke ular itu, namun binatang tersebut lari.
Kemudian dia mendudukkanku dan dia duduk di pangkuanku, maka aku pegang tangan kanannya
untuk menghelai jenggotku dan berkata : "Wahai ayahku! Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah". (QS. Al-Hadid : 16).
Maka aku menangis dan berkata : "Wahai anakku!, Kalian semua faham tentang Al-Qur'an",
maka dia berkata :
"Wahai ayahku, kami lebih tahu tentang Al-Qur'an darimu", aku berkata :
"Ceritakanlah padaku tentang ular yang ingin membunuhku", dia menjawab :
"Itulah pekerjaanmu yang buruk yang selama ini engkau kerjakan, maka itu akan
memasukkanmu ke dalam api Neraka", akau berkata :
"Ceritakanlah tentang Syaikh yang berjalan di jalanku itu", dia menjawab : "Wahai ayahku,
itulah amal shaleh yang sedikit hingga tak mampu menolongmu", aku berkata :
"Wahai anakku, apa yang kalian perbuat di gunung itu?", dia menjawab : "Kami adalah anak-
anak orang muslimin yang di sini hingga terjadinya kiamat, kami menunggu kalian hingga
datang pada kami kemudian kami memberi syafa'at pada kalian". (HR. Muslim dalam
shahihnya No. 2635).
Berkata Malik : "Maka akupun takut dan aku tuangkan seluruh minuman keras itu dan
kupecahkan seluruh botol-botol minuman kemudian aku bertaubat pada Allah, dan inilah
cerita tentang taubatku pada Allah".
Dikutip dari : Hakikat Taubat.
SUMBER : http:/www.alirsyad-alislamy.or.id
Salman Al-Faris R.A
Salman Al-Farisi r.a. lahir di suatu desa bernama Jiyan di wilayah kota Aspahan - Iran, yaitu
antara kota Teheran dengan Syiraz. Setelah Salman r.a. mendengar kebangkitan Rasulullah
saw. dia langsung berangkat meninggalkan Persia mencari Nabi saw. untuk menyatakan
keislamannya.
Dalam suatu kisah, Salman menceritakan otobiografinya sbb. 'Saya adalah anak muda Persia
yang berasal dari suatu desa di kota Aspahan yang bernama Jiyan.
Ayah saya adalah kepala desa dan orang terkaya serta terhormat di desa itu. Dari sejak
lahir, saya adalah orang yang paling disayanginya, kasih sayangnya kepada saya semakin hari
semakin kental, sehingga saya di kurung di rumah bagaikan gadis pingitan.
Saya termasuk orang yang takwa dalam agama majusi, sehingga saya merasakan nilai api yang
kami sembah itu dan saya diberi tanggungjawab menyalakannya, jangan sampai padam
sepanjang hari dan sepanjang malam.
Ayah saya mempunyai ladang yang luas yang memberi kami penghidupan yang cukup. Ayah
saya selalu mengurusi dan memanennya sendiri.
Di suatu hari, dia tidak bisa pergi ke ladang, lalu dia mengatakan kepada saya, 'Anakku! Ayah
sibuk dan tidak bisa pergi ke ladang hari ini, sebab itu pergilah urusi ladang tersebut
menggantikan Ayah.' Lalu saya berangkat menuju ladang kami.
Di tengah perjalanan, saya melewati sebuah gereja Kristen dan mendengar suara mereka
yang sedang beribadah di dalam. Hal itu menarik perhatian saya karena saya tidak pernah
tahu sedikitpun tentang agama Kristen dan agama lainnya, karena sepanjang usia saya selalu
Created by: Syihab
Page 4 of 38
dipingit di dalam rumah oleh orang tua saya. Setelah mendengar suara itu, saya masuk ingin
mengetahui secara dekat apa yang sedang mereka lakukan.
Setelah saya memperhatiakan apa yang mereka kerjakan, saya merasa tertarik dengan cara mereka beribadah, malah saya tertarik dengan agama mereka. Saya mengatakan dalam hati saya, 'Sungguh agama mereka ini lebih baik dari agama kami.'
Saya tidak keluar dari gereja tersebut sampai matahari terbenam sehingga saya tidak jadi pergi ke ladang kami. Saya menayakan kepada mereka, 'Dari mana asal agama ini?' Mereka menjawab, 'Dari daerah Syam.'
Setelah malam menjelang, saya pulang ke rumah. Ayah saya langsung menanyakan kepada saya
apa yang telah saya lakukan. Saya menjawab, 'Hai Ayahku! Saya melewati sekelompok orang
yang sedang beribadah di dalam gereja, lalu saya tertarik dengan cara mereka beribadah.
Saya berada bersama mereka sampai matahari terbenam.' Ayah saya langsung marah
mendengar tindakan saya dan dia mengatakan,
'Hai anakku! Agama mereka itu tidak baik, agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik
dari agama itu.'
Saya menjawab, 'Tidak ayah! Agama mereka lebih baik dari agama kita.' Dari perkataan saya itu, syah saya takut kalau-kalau saya akan murtad, lalu dia mengurung saya di rumah dengan mengekang kaki saya.'
Berangkat ke negeri Syam:
Ketika saya mendapat kesempatan, saya mengirim pesan kepada kaum Kristen itu. Saya
mengatakan,'Bila ada rombongan yang akan berangkat ke negeri Syam, tolong saya diberi
tahu.' Ternyata tidak berapa lama ada satu rombongan yang akan berangkat ke negeri Syam.
Mereka pun langsung memberitahukannya kepada saya. Saya berusaha membuka kekang kaki saya dan saya berhasil membukanya. Saya berangkat bersama mereka secara sembunyi dan akhirnya kami sampai di negeri Syam. Setibanya di negeri Syam, saya mengatakan, 'Siapa orang nomor satu dalam agama ini?' Mereka menjawab, 'Uskup pengasuh gereja.'
Saya mendatanginya dan mengatakan kepadanya, 'Saya tertarik dengan agama Kristen ini dan
saya ingin mengikuti dan membantumu sekaligus belajar dari kamu dan beribadah bersama
kamu.' Dia menjawab, 'Silakan masuk!' Saya pun masuk dan menjadi pembantunya.
Belum berlangsung lama, saya menilai bahwa orang tersebut adalah orang jahat, dia menyuruh
pengikutnya untuk berderma dan mengiming-imingi mereka dengan pahala yang sangat besar.
Setelah mereka memberikannya dengan niat fi sabilillah, ternyata dia monopoli untuk dirinya
sendiri, tidak diberikan kepada fakir miskin sedikitpun. Dia berhasil mengumpulkan sebanyak
tujuh karung emas. Melihat keadaan itu, saya menaruh kebencian yang luar biasa
terhadapnya.
Ketika dia meninggal, kaum Kristen berkumpul untuk menguburkannya, ketika itu saya
mengatakan kepada mereka, 'Sesungguhnya teman kamu ini adalah orang jahat, dia menyuruh
kamu bersedekah dan mengiming-imingkan pahala besar, setelah kalian kumpulkan, dia
monopoli untuk dirinya sendiri, dia tidak berikan sedikitpun kepada fakir miskin.' Mereka
menjawab, 'Dari mana kamu tahu?' Saya menjawab, 'Mari saya tunjukkan kepada kamu
Created by: Syihab
Page 5 of 38
sekarang juga tempat penyimpanan harta itu' Mereka mengatakan, 'Ayo tunjukkan kepada
kami tempatnya.'
Saya pun menunjukkannya dan mereka menemukan tujuh karung emas dan perak. Setelah
mereka melihat secara langsung, mereka mengatakan, 'Demi Allah kita tidak akan
menguburkannya, kita harus menyalib dan melemparinya dengan batu.'
Tidak lama kemudian mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya, lalu saya
mengikutinya. Sungguh saya belum pernah mendapatkan orang yang paling zuhud dan
mengharap akhirat melebihi orang itu. Ibadahnya yang berlangsung siang malam membuat
saya mnyenanginya, lalu saya hidup bersama dia beberapa tahun. Ketika menjelang wafatnya,
saya mengatakan kepadanya, 'Ya Polan! Kepada siapa engkau pesankan saya dan dengan siapa
saya akan hidup sepeninggal kamu?'
Dia menjawab, 'Ya anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat
keagamaannya seperti kita, kecuali satu orang di kota Musol yang bernama Polan. Dia tidak
merubah-rubah dan mengganti-ganti ayat Allah. Oleh sebab itu carilah orang itu.'
Sepeninggal teman saya itu, saya pergi menyusul orang tersebut ke kota Musol. Setibanya di
rumah beliau saya menceritakan kisah saya dan mengatakan kepadanya, 'Ketika si Polan
hendak meninggal dunia dia memesankan kepada saya untuk menyusul kamu, dia
memberitahukan kepada saya bahwa kamu berpegang kuat dengan kebenaran. Dia mengatakan
kepada saya, kalau begitu, tinggallah bersama saya. Saya pun tinggal bersama beliau, dan
memang betul dia adalah orang baik.
Tidak lama kemudian, diapun menemui ajalnya. Ketika hendak meninggal saya bertanya
kepadanya, 'Ya Polan! Janji Tuhan sudah dekat kepada Anda, Anda tahu kondisi saya
sebenarnya, oleh sebab itu kepada siapa Anda memesankan saya dan siapa yang harus saya
ikuti?'
Dia menjawab, 'Hai anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat
keagamaannya seperti kita kecuali seorang di Nasibin yang bernama Polan, susullah dia ke
sana' Setelah orang itu bersemayam di liang lahad, saya berangkat ke Nasibin mencari orang
yang disebutkan itu. Saya menceritakan kepadanya kisah saya dan pesan teman saya
sebelumnya. Dia mengatakan, 'Tinggallah bersama saya.'
Saya pun tinggal bersama dia dan ternyata memang dia adalah orang baik seperti dua orang
teman saya sebelumnya. Akan tetapi tidak lama kemudian dia pun menemui ajalnya. Ketika
menjelang maut, saya bertanya kepadanya, 'Engkau telah mengetahui kondisi saya
sebenarnya. Oleh sebab itu kepada siapa engkau memesankan saya?'
Dia menjawab, 'Ya anakku! Terus terang saya tidak menemukan ada orang yang tingkat
keagamaannya seperti kita kecuali seorang di kota Amuriah yang bernama Polan, carilah
orang itu.' Saya pun mencarinya dan saya menceritakan kisah saya kepadanya. Dia menjawab,
'Tinggallah bersama saya.' Saya pun tinggal bersama dia. Ternyata memang dia orang baik
seperti yang dikatakan orang sebelumnya. Selama saya tinggal bersama dia saya berhasil
mendapatkan beberapa ekor sapi dan harta kekayaan lainnya.
Pendeta Kristen memesan Salman mengikuti Nabi
Created by: Syihab
Page 6 of 38
Kemudian orang tersebut pun menemui ajalnya seperti yang sebelumnya. Ketika menjelang
kematiannya, saya mengatakan kepadanya, 'Anda mengetahui kondisi saya sebenarnya, oleh
sebab itu kepada siapa engkau akan pesankan saya atau apa pesan Anda untuk saya lakukan?'
Dia menjawab, 'Hai anakku! Terus terang saya tidak menemukan seorang-pun di muka bumi ini
yang masih berpegang dengan agama kita, namun waktunya sudah tiba, seorang nabi yang akan
membawa agama Nabi Ibrahim akan muncul di tanah Arab, dia akan hijrah dari tanah tumpah
darahnya ke daerah yang penuh dengan pohon kurma di antara dua gunung, dia mempunyai
tanda kenabian yang sangat jelas, dia mau memakan hadiah tapi tidak mau memakan sedekah,
di antara bahunya terdapat cap kenabian. Jika Anda bisa menyusul ke negeri itu, silakan.'
Tidak lama kemudian dia pun meninggal dunia, saya pun tinggal di kota Amuriah untuk
beberapa waktu.
Datang ke jazirah Arabia:
Ketika rombongan pedagang dari Suku Kalb -Arab- lintas di Amuriah, saya berkata kepada
mereka, 'Jika kalian sanggup membawa saya ke tanah Arab, saya berikan kepada kalian sapi
dan harta kekayaan saya ini.' Mereka menjawab, 'Ya, kami sanggup membawa kamu.' Saya pun
memberikan sapidan kekayaan saya tersebut kepada mereka dan mereka pun membawa saya.
Ketika saya sampai di Wadil qura, mereka menipu saya dan menjual saya kepada kepada
seorang yahudi dan memperlakukan saya sebagai hambanya. Suatu ketika, saudaranya dari
suku Quraizah datang menemuinya, lalu dia membeli dan membawa saya pergi ke Yasrib
(Madinah). Di sana saya melihat pohon kurma yang disebut oleh teman saya yang di Amuria,
dari diskripsi yang disampaikan teman saya itu, saya tahu persis bahwa inilah kota yang
dimaksudkan itu. Saya pun tinggal brsama tuan saya di kota itu.
Ketika itu Nabi saw. sudah mulai mengajak kaumnya di Mekah untuk masuk Islam, namun saya
tidak mendengar apa-apa dari kegiatan Nabi itu karena kesibukan saya sehari-hari sebagai
budak.
Memeluk Islam:
Tidak berapa lama, Rasulullah saw. pun hijrah ke Yasrib. Demi Allah ketika saya berada di
atas sebatang pohon kurma milik tuan saya, sedang memberesi kurma itu, sedangkan tuan
saya duduk dibawah, seorang saudaranya datang dan mengatakan kepadanya, 'Celaka besar
atas bani Qilah, mereka sekarang sedang berkumpul di Kuba, menunggu seorang yang
mengklaim dirinya sebagai seorang nabi akan datang hari ini.'
Setelah saya mendengar pembicaraan mereka itu, saya langsung merinding kayak demam,
saya gemetar, sehingga saya khawatir akan jatuh ke tuan saya. Saya segera turun dari pohon
kurma tersebut lalu mengatakan kepada tamu itu, 'Apa tadi yang Anda katakan? Tolong
ulangi katakan kepada saya!' Tuan saya langsung marah dan memukul saya sekuat-kuatnya lalu
mengatakan,
'Urusan apa kamu dengan berita itu? Kembali teruskan pekerjaanmu!'
Di sore harinya, saya mengambil sedikit kurma yang telah saya kumpulkan sebelumnya, lalu
saya berangkat ke tempat Nabi tinggal. Ketika itu saya mengatakan kepada Rasulullah, 'Saya
Created by: Syihab
Page 7 of 38
memerlukan sesuatu. Di tangan saya ada sedikit sedekah, nampaknya kamu lebih pantas
menerimanya.'
Lalu saya dekatkan kurma itu kepada mereka. Rasulullah saw. mengatakan kepada para
Sahabat, 'Makanlah' sedangkan dia sendiri tidak memakannya. Saya mengatakan dalam hati
saya, 'Ini dia satu tanda kenabiannya.'
Kemudian saya kembali ke rumah dan mengambil beberapa buah kurma, ketika Nabi saw.
berangkat dari Quba ke Madinah, saya mendatanginya dan mengatakan kepadanya,
'Tampaknya Anda tidak memakan sedekah, ini ada sedikit hadiah saya bawa sebagai
penghormatan kepada Anda.'
Rasululullah pun memakannya dan menyuruh sahabat untuk ikut memakannya, lalu mereka
makan bersama-sama.
Dalam hati saya berkata, 'Ini dia tanda kenabian kedua'
Ketika Nabi berada di Baqi Gargad, ingin menguburkan seorang sahabat, saya mendatangi
beliau dan melihat beliau sedang duduk memakai dua selendang. Saya mengucapkan salam
kepadanya, kemudian saya berjalan berputar sekeliling beliau untuk melihat punggungnya,
barang kali saja saya dapat melihat cap seperti yang dikatakan oleh teman saya di Amuriah.
Setelah Nabi melihat bahwa saya memperhatikan punggung beliau, dia mengerti tujuan saya,
lalu dia mengangkat selendangnya, ketika itu saya melihat ada cap, lalu saya yakin bahwa
itulah cap kenabian, lalu saya memeluk dan mencium beliau sambil menangis.
Melihat hal itu Rasulullah saw. bertanya, 'Apa gerangan yang terjadi pada kamu?' Saya pun
menceritakan kisah saya dan beliau sangat kagum dan beliau menginginkan agar saya
perdengarkan kepada para sabahat, lalu saya memperdengarkannya. Mereka semua kagum
dan gembira yang tiada taranya.
Salman masuk Islam dan dimerdekakan, seterusnya menjadi seorang sahabat yang sangat
mulia. Dia sempat menjabat gubernur di zaman khulafaur Rasyidun di beberapa negeri.
Mudah-mudahan Allah meridai beliau.
Biografinya:
Dalam satu riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah meletakkan tangannya di atas
Salman, lalu bersabda, 'Seandainya iman berada nun jauh di planet Tata surya, pasti akan
dicapai oleh orang-orang mereka ini.' sambil beliau menunjuk kepada Salman r.a.
htp://alhikmah.com created by syihab
mendengar bahwa Anda adalah orang saleh, datang bersama teman-teman dari kejauhan
Sebutir Korma Penjegal Do'a
Kamis, 29 Dzulhijjah 1422/ 14 Maret 2002
Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa. Untuk
bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram.
Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat
timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan
memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa.
4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat
beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali.
Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
"Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan
ALLAH SWT," kata malaikat yang satu.
"Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma
yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram," jawab malaikat yang
satu lagi.
Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya,
shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-
gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. "Astaghfirullahal adzhim" ibrahim
beristighfar.
Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma.
Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.
Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak
menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. "4 bulan yang lalu saya membeli
kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?" tanya ibrahim.
"Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang
kurma" jawab anak muda itu.
"Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?".
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh
minat. "Nah, begitulah" kata ibrahim setelah bercerita, "Engkau sebagai ahli waris orangtua
itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa
izinnya?".
"Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya."
"Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu."
Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai
juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh
ibrahim.
4 bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia
mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. "Itulah ibrahim bin adham
yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain."
"O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas."
"Oleh sebab itu berhati-hatilah dgn makanan yg masuk ke tubuh kita, sudah halal-kah? lebih
baik tinggalkan bila ragu-ragu...
created by syihab
Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa. Untuk
bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram.
Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat
timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan
memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa.
4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat
beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali.
Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
"Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan
ALLAH SWT," kata malaikat yang satu.
"Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma
yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram," jawab malaikat yang
satu lagi.
Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya,
shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-
gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. "Astaghfirullahal adzhim" ibrahim
beristighfar.
Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma.
Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.
Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak
menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. "4 bulan yang lalu saya membeli
kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?" tanya ibrahim.
"Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang
kurma" jawab anak muda itu.
"Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?".
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh
minat. "Nah, begitulah" kata ibrahim setelah bercerita, "Engkau sebagai ahli waris orangtua
itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa
izinnya?".
"Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya."
"Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu."
Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai
juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh
ibrahim.
4 bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia
mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. "Itulah ibrahim bin adham
yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain."
"O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas."
"Oleh sebab itu berhati-hatilah dgn makanan yg masuk ke tubuh kita, sudah halal-kah? lebih
baik tinggalkan bila ragu-ragu...
created by syihab
Jumat, 28 Januari 2011
Cinta
Cinta itu hutan
meneduhkan, cantik tapi kadang kita tersesat di dalamnya
Cinta itu matahari
panas membakar tapi ia berguna
Cinta itu hujan
selalu kita berlari agar tak terguyur tapi selalu kita kenang saat kemarau menyerang
cinta itu awan
kadang berarak beriringan kadang hilang tak tahu kemana
cinta itu kamu
kadang menyebalkan tapi juga kurindukan
meneduhkan, cantik tapi kadang kita tersesat di dalamnya
Cinta itu matahari
panas membakar tapi ia berguna
Cinta itu hujan
selalu kita berlari agar tak terguyur tapi selalu kita kenang saat kemarau menyerang
cinta itu awan
kadang berarak beriringan kadang hilang tak tahu kemana
cinta itu kamu
kadang menyebalkan tapi juga kurindukan
Sahabat
Sahabatku adalah tetesan embun pagi
yang jatuh membasahi kegersangan hati
hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari
dalam kesejukan
Sahabatku adalah bintang gemintang malam di angkasa raya
yang menemani kesendirian rembulan yang berduka
hingga mampu menerangi gulita semesta
dalam kebersamaan
Sahabatku adalah pohon rindang dengan seribu dahan
yang memayungi dari terik matahari yang tak tertahankan
hingga mampu memberikan keteduhan
dalam kedamaian
Wahai angin pengembara
kabarkanlah kepadaku tentang dirinya
Sahabatku adalah kumpulan mata air dari telaga suci
yang jernih mengalir tiada henti
hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri
dalam kesegaran
Sahabatku adalah derasnya hujan yang turun
yang menyirami setiap jengkal bumi yang berdebu menahun
hingga mampu membersihkan mahkota bunga dan dedaun
dalam kesucian
Sahabatku adalah untaian intan permata
yang berkilau indah sebagai anugerah tiada tara
hingga mampu menebar pesona jiwa
dalam keindahan
Wahai burung duta suara
ceritakanlah kepadaku tentang kehadirannya
yang jatuh membasahi kegersangan hati
hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari
dalam kesejukan
Sahabatku adalah bintang gemintang malam di angkasa raya
yang menemani kesendirian rembulan yang berduka
hingga mampu menerangi gulita semesta
dalam kebersamaan
Sahabatku adalah pohon rindang dengan seribu dahan
yang memayungi dari terik matahari yang tak tertahankan
hingga mampu memberikan keteduhan
dalam kedamaian
Wahai angin pengembara
kabarkanlah kepadaku tentang dirinya
Sahabatku adalah kumpulan mata air dari telaga suci
yang jernih mengalir tiada henti
hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri
dalam kesegaran
Sahabatku adalah derasnya hujan yang turun
yang menyirami setiap jengkal bumi yang berdebu menahun
hingga mampu membersihkan mahkota bunga dan dedaun
dalam kesucian
Sahabatku adalah untaian intan permata
yang berkilau indah sebagai anugerah tiada tara
hingga mampu menebar pesona jiwa
dalam keindahan
Wahai burung duta suara
ceritakanlah kepadaku tentang kehadirannya
Puisi Kesetiaan Cinta
Puisi Kesetiaan Cinta
Demi kesetiaan..
Buang jauh keraguanmu.
Jangan pernah berpikir aku akan berpaling
Karna itu akan membuatmu resah..
Tuanglah anggur putih ketulusan,
Sebagai jamuan penghormatan suci.
Dialtar pengabdian cinta sejati,
meski getir menantimu..
bukankah kita tau..
tak ada keutamaan dalam bercinta,
selain derita yang mesti dimengerti
dan demi kesetiaan…,
ku persembahkan hatiku untukmu
meski Tanya menggelitik hati ini,
salahkah aku jika pergi ‘tuk memiliki…???
Sumber: radenbeletz.com
Demi kesetiaan..
Buang jauh keraguanmu.
Jangan pernah berpikir aku akan berpaling
Karna itu akan membuatmu resah..
Tuanglah anggur putih ketulusan,
Sebagai jamuan penghormatan suci.
Dialtar pengabdian cinta sejati,
meski getir menantimu..
bukankah kita tau..
tak ada keutamaan dalam bercinta,
selain derita yang mesti dimengerti
dan demi kesetiaan…,
ku persembahkan hatiku untukmu
meski Tanya menggelitik hati ini,
salahkah aku jika pergi ‘tuk memiliki…???
Sumber: radenbeletz.com
Rabu, 26 Januari 2011
Si Kancil Dan Siput
Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk dibuka. “Aaa....rrrrgh”, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.
Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.
Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.
Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.
Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti menang”, jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput.
Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”
Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.
Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.
Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.
Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.
Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti menang”, jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput.
Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”
Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.
Cinderela
Di sebuah rumah, hiduplah seorang anak yang sangat cantik dan baik hati. Dia diberi nama Cinderela oleh kedua kakak tirinya. Kakak tiri Cindera itu sangat tidak suka dengan Cinderela. Tiap hari Cinderela selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari kedua kakak dan ibu trinya. Dia selalu disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah dan selalu dibentak-bentak.
Hingga pada suatu hari, datanglah pegawai kerajaan ke rumah mereka. Pegawai kerajaan teresebut ternyata membawa undangan pesta dari sang raja. Kedua kakak dan ibu tiri Cinderala bersorak kegirangan. “Horeeee….. besok kita akan pergi ke Istana. Aku akan berdandan secantik mungkin, agar pangeran suka denganku”, teriak kedua kakak Cinderela. Mendengar teriakan kakak-kakaknya tersebut, lalu Cinderela meminta ijin pada ibu tirinya untuk ikut dalam pesta tersebut. Cinderela sangat sedih, karena ibu tiri dan kakak-kakak tirinya tidak mengijinkan dia ikut dalam acara itu. “Kamu mau pakai baju apa Cinderela? Apa kamu mau ke pesta dengan baju kumalmu itu?”, teriak kakaknya.
Akhirnya waktu pelaksanaan pesta sudah tiba, semuanya sudah berdandan dengan cantik dan sudah siap berangkat. Cinderela hanya bias memandangi kakak dan ibu tirinya. Dia sangat sedih sekali,karena tidak dapat ikut dalam pesta itu. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar dan membayangkan meriahnya pesta tersebut. “Andaikan aku bisa ikut dalam pesta itu, pasti aku akan senang sekali”, gumam Cindera. Tidak berapa lama setelah Cinderela berkata, tiba-tiba ada suara dari belakangnya. “Janganlah engkau menangis Cinderela”. Mendengar suara itu, lalu Cinderela berbalik. Ternyata dia melihat ada seorang peri yang sedang tersenyum padanya. “Kamu pasti bisa dating ke pesta itu Cinderela”, kata peri itu. “Bagaimana caranya? Aku tidak punya baju pesta dan saudara-saudaraku juga sudah berangkat.”, tanya Cinderela pada peri itu.
“Tenanglah Cinderela, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal kepadaku", kata peri itu. Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Cinderela pun disulap menjadi Putri yang sangat cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah dan sepatu kaca.
"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam, jadi lamu harus pulang sebelum pukul dua belas”,kata peri itu. "Ya ibu peri. Terimakasih", jawab Cinderela. Setelah semuanya sudah siap, kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantik sekali putri itu! Putri dari negara mana ya ?" Tanya mereka.
Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela. Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran.
Karena terlalu senag dan menikmati pesta itu, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, Cinderela terjatuh dan sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh berpakaian tidak bagus lagi, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.
Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Iya akulah wanita yang dicari pangeran”,kata Cinderela. “Selamat Cinderela!” Mendengar kata itu, Cinderela lalu menoleh kebelakang, dan dilihatnya ibu peri sudah berada di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran di istana. Sim salabim!.," katanya peri tersebut.
Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun yang sangat bagus. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang sampai kapanpun Cinderela”, kata sang peri. Cinderela kemudian dibawa oleh pengawal istana untuk bertemu dengan sang pangeran. Sesampainya di Istana, Pangeran sangat senang sekali,dan menyambut kedatangan Cinderela. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia di dalam Istana.
Istana Bunga
Dahulu kala, hiduplah raja dan ratu yang kejam. Keduanya suka berfoya-foya dan menindas rakyat miskin. Raja dan Ratu ini mempunyai putra dan putri yang baik hati. Sifat mereka sangat berbeda dengan kedua orangtua mereka itu. Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna selalu menolong rakyat yang kesusahan. Keduanya suka menolong rakyatnya yang memerlukan bantuan.
Suatu hari, Pangeran Aji Lesmana marah pada ayah bundanya, "Ayah dan Ibu jahat. Mengapa menyusahkan orang miskin?!"
Raja dan Ratu sangat marah mendengar perkataan putra mereka itu.
"Jangan mengatur orangtua! Karena kau telah berbuat salah, aku akan menghukummu. Pergilah dari istana ini!" usir Raja.
Pangeran Aji Lesmana tidak terkejut. Justru Puteri Rauna yang tersentak, lalu menangis memohon kepada ayah bundamya, "Jangan, usir Kakak! Jika Kakak harus pergi, saya pun pergi!"
Raja dan Ratu sedang naik pitam. Mereka membiarkan Puteri Rauna pergi mengikuti kakaknya. Mereka mengembara. Menyamar menjadi orang biasa. Mengubah nama menjadi Kusmantoro dan Kusmantari. Mereka pun mencari guru untuk mendapat ilmu. Mereka ingin menggunakan ilmu itu untuk menyadarkan kedua orangtua mereka.
Keduanya sampai di sebuah gubug. Rumah itu dihuni oleh seorang kakek yang sudah sangat tua. Kakek sakti itu dulu pernah menjadi guru kakek mereka. Mereka mencoba mengetuk pintu.
"Silakan masuk, Anak Muda," sambut kakek renta yang sudah tahu kalau mereka adalah cucu-cucu bekas muridnya. Namun kakek itu sengaja pura-pura tak tahu. Kusmantoro mengutarakan maksudnya, "Kami, kakak beradik yatim piatu. Kami ingin berguru pada Panembahan."
Kakek sakti bernama Panembahan Manraba itu tersenyum mendengar kebohongan Kusmantoro. Namun karena kebijakannya, Panembahan Manraba menerima keduanya menjadi muridnya.
Panembahan Manraba menurunkan ilmu-ilmu kerohanian dan kanuragan pada Kusmantoro dan Kusmantari. Keduanya ternyata cukup berbakat. Dengan cepat mereka menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan. Berbulan-bulan mereka digembleng guru bijaksana dan sakti itu.
Suatu malam Panembahan memanggil mereka berdua. "Anakku, Kusmantoro dan Kusmantari. Untuk sementara sudah cukup kalian berguru di sini. Ilmu-ilmu lainnya akan kuberikan setelah kalian melaksanakan satu amalan."
"Amalan apa itu, Panembahan?" tanya Kusmantari.
"Besok pagi-pagi sekali, petiklah dua kuntum melati di samping kanan gubug ini. Lalu berangkatlah menuju istana di sebelah Barat desa ini. Berikan dua kuntum bunga melati itu kepada Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna. Mereka ingin menyadarkan Raja dan Ratu, kedua orang tua mereka."
Kusmantoro dan Kusmantari terkejut. Namun keterkejutan mereka disimpan rapat-rapat. Mereka tak ingin penyamaran mereka terbuka.
"Dua kuntum melati itu berkhasiat menyadarkan Raja dan Ratu dari perbuatan buruk mereka. Namun syaratnya, dua kuntum melati itu hanya berkhasiat jika disertai kejujuran hati," pesan Panembahan Manraba.
Ketika menjelang tidur malam, Kusmantoro dan Kusmantari resah. Keduanya memikirkan pesan Panembahan. Apakah mereka harus berterus terang kalau mereka adalah Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna? Jika tidak berterus terang, berarti mereka berbohong, tidak jujur. Padahal kuntum melati hanya berkhasiat bila disertai dengan kejujuran.
Akhirnya, pagi-pagi sekali mereka menghadap Panembahan.
"Kami berdua mohon maaf, Panembahan. Kami bersalah karena tidak jujur kepada Panembahan selama ini."
Saya mengerti, Anak-anakku. Saya sudah tahu kalian berdua adalah Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna. Pulanglah. Ayah Bundamu menunggu di istana."
Setelah mohon pamit dan doa restu, Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna berangkat menuju ke istana. Setibanya di istana, ternyata Ayah Bunda mereka sedang sakit. Mereka segera memeluk kedua orang tua mereka yang berbaring lemah itu.
Puteri Rauna lalu meracik dua kuntum melati pemberian Panembahan. Kemudian diberikan pada ayah ibu mereka. Ajaib! Seketika sembuhlah Raja dan Ratu. Sifat mereka pun berubah. Pangeran dan Puteri Rauna sangat bahagia. Mereka meminta bibit melati ajaib itu pada Panembahan. Dan menanamnya di taman mereka. Sehingga istana mereka dikenal dengan nama Istana Bunga. Istana yang dipenuhi kelembutan hati dan kebahagiaan.
OLEH Maulana Febriyansyah
kiriman: RINA YUNI EKAWATI
Suatu hari, Pangeran Aji Lesmana marah pada ayah bundanya, "Ayah dan Ibu jahat. Mengapa menyusahkan orang miskin?!"
Raja dan Ratu sangat marah mendengar perkataan putra mereka itu.
"Jangan mengatur orangtua! Karena kau telah berbuat salah, aku akan menghukummu. Pergilah dari istana ini!" usir Raja.
Pangeran Aji Lesmana tidak terkejut. Justru Puteri Rauna yang tersentak, lalu menangis memohon kepada ayah bundamya, "Jangan, usir Kakak! Jika Kakak harus pergi, saya pun pergi!"
Raja dan Ratu sedang naik pitam. Mereka membiarkan Puteri Rauna pergi mengikuti kakaknya. Mereka mengembara. Menyamar menjadi orang biasa. Mengubah nama menjadi Kusmantoro dan Kusmantari. Mereka pun mencari guru untuk mendapat ilmu. Mereka ingin menggunakan ilmu itu untuk menyadarkan kedua orangtua mereka.
Keduanya sampai di sebuah gubug. Rumah itu dihuni oleh seorang kakek yang sudah sangat tua. Kakek sakti itu dulu pernah menjadi guru kakek mereka. Mereka mencoba mengetuk pintu.
"Silakan masuk, Anak Muda," sambut kakek renta yang sudah tahu kalau mereka adalah cucu-cucu bekas muridnya. Namun kakek itu sengaja pura-pura tak tahu. Kusmantoro mengutarakan maksudnya, "Kami, kakak beradik yatim piatu. Kami ingin berguru pada Panembahan."
Kakek sakti bernama Panembahan Manraba itu tersenyum mendengar kebohongan Kusmantoro. Namun karena kebijakannya, Panembahan Manraba menerima keduanya menjadi muridnya.
Panembahan Manraba menurunkan ilmu-ilmu kerohanian dan kanuragan pada Kusmantoro dan Kusmantari. Keduanya ternyata cukup berbakat. Dengan cepat mereka menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan. Berbulan-bulan mereka digembleng guru bijaksana dan sakti itu.
Suatu malam Panembahan memanggil mereka berdua. "Anakku, Kusmantoro dan Kusmantari. Untuk sementara sudah cukup kalian berguru di sini. Ilmu-ilmu lainnya akan kuberikan setelah kalian melaksanakan satu amalan."
"Amalan apa itu, Panembahan?" tanya Kusmantari.
"Besok pagi-pagi sekali, petiklah dua kuntum melati di samping kanan gubug ini. Lalu berangkatlah menuju istana di sebelah Barat desa ini. Berikan dua kuntum bunga melati itu kepada Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna. Mereka ingin menyadarkan Raja dan Ratu, kedua orang tua mereka."
Kusmantoro dan Kusmantari terkejut. Namun keterkejutan mereka disimpan rapat-rapat. Mereka tak ingin penyamaran mereka terbuka.
"Dua kuntum melati itu berkhasiat menyadarkan Raja dan Ratu dari perbuatan buruk mereka. Namun syaratnya, dua kuntum melati itu hanya berkhasiat jika disertai kejujuran hati," pesan Panembahan Manraba.
Ketika menjelang tidur malam, Kusmantoro dan Kusmantari resah. Keduanya memikirkan pesan Panembahan. Apakah mereka harus berterus terang kalau mereka adalah Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna? Jika tidak berterus terang, berarti mereka berbohong, tidak jujur. Padahal kuntum melati hanya berkhasiat bila disertai dengan kejujuran.
Akhirnya, pagi-pagi sekali mereka menghadap Panembahan.
"Kami berdua mohon maaf, Panembahan. Kami bersalah karena tidak jujur kepada Panembahan selama ini."
Saya mengerti, Anak-anakku. Saya sudah tahu kalian berdua adalah Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna. Pulanglah. Ayah Bundamu menunggu di istana."
Setelah mohon pamit dan doa restu, Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna berangkat menuju ke istana. Setibanya di istana, ternyata Ayah Bunda mereka sedang sakit. Mereka segera memeluk kedua orang tua mereka yang berbaring lemah itu.
Puteri Rauna lalu meracik dua kuntum melati pemberian Panembahan. Kemudian diberikan pada ayah ibu mereka. Ajaib! Seketika sembuhlah Raja dan Ratu. Sifat mereka pun berubah. Pangeran dan Puteri Rauna sangat bahagia. Mereka meminta bibit melati ajaib itu pada Panembahan. Dan menanamnya di taman mereka. Sehingga istana mereka dikenal dengan nama Istana Bunga. Istana yang dipenuhi kelembutan hati dan kebahagiaan.
OLEH Maulana Febriyansyah
kiriman: RINA YUNI EKAWATI
Jumat, 21 Januari 2011
Pangeran Katak
PANGERAN KATAK
Pada suatu waktu, hidup seorang raja yang mempunyai beberapa anak gadis yang cantik, tetapi anak gadisnya yang paling bungsulah yang paling cantik. Ia memiliki wajah yang sangat cantik dan selalu terlihat bercahaya. Ia bernama Mary. Di dekat istana raja terdapat hutan yang luas serta lebat dan di bawah satu pohon limau yang sudah tua ada sebuah sumur. Suatu hari yang panas, Putri Mary pergi bermain menuju hutan dan duduk di tepi pancuran yang airnya sangat dingin. Ketika sudah bosan sang Putri mengambil sebuah bola emas kemudian melemparkannya tinggi-tinggi lalu ia tangkap kembali. Bermain lempar bola adalah mainan kegemarannya.
Namun, suatu ketika bola emas sang putri tidak bisa ditangkapnya. Bola itu kemudian jatuh ke tanah dan menggelinding ke arah telaga, mata sang putri terus melihat arah bola emasnya, bola terus bergulir hingga akhirnya lenyap di telaga yang dalam,Image sampai dasar telaga itu pun tak terlihat. Sang Putri pun mulai menangis. Semakin lama tangisannya makin keras. Ketika ia masih menangis, terdengar suara seseorang berbicara padanya,”Apa yang membuatmu bersedih tuan putri? Tangisan tuan Putri sangat membuat saya terharu… Sang Putri melihat ke sekeliling mencari darimana arah suara tersebut, ia hanya melihat seekor katak besar dengan muka yang jelek di permukaan air. “Oh… apakah engkau yang tadi berbicara katak? Aku menangis karena bola emasku jatuh ke dalam telaga”. “Berhentilah menangis”, kata sang katak. Aku bisa membantumu mengambil bola emasmu, tapi apakah yang akan kau berikan padaku nanti?”, lanjut sang katak.
“Apapun yang kau minta akan ku berikan, perhiasan dan mutiaraku, bahkan aku akan berikan mahkota emas yang aku pakai ini”, kata sang putri. Sang katak menjawab, “aku tidak mau perhiasan, mutiara bahkan mahkota emasmu, tapi aku ingin kau mau menjadi teman pasanganku dan mendampingimu makan, minum dan menemanimu tidur. Jika kau berjanji memenuhi semua keinginanku, aku akan mengambilkan bola emasmu kembali”, kata sang katak. “Baik, aku janji akan memenuhi semua keinginanmu jika kau berhasil membawa bola emasku kembali.” Sang putri berpikir, bagaimana mungkin seekor katak yang bisa berbicara dapat hidup di darat dalam waktu yang lama. Ia hanya bisa bermain di air bersama katak lainnya sambil bernyanyi. Setelah sang putri berjanji, sang katak segera menyelam ke dalam telaga dan dalam waktu singkat ia kembali ke permukaan sambil membawa bola emas di mulutnya kemudian melemparkannya ke tanah.
Sang Putri merasa sangat senang karena bola emasnya ia dapatkan kembali. Sang Putri menangkap bola emasnya dan kemudian berlari pulang. “Tunggu… tunggu,” kata sang katak. “Bawa aku bersamamu, aku tidak dapat berlari secepat dirimu”. Tapi percuma saja sang katak berteriak memanggil sang Putri,
ia tetap berlari meninggalkan sang katak. Image Sang katak merasa sangat sedih dan kembal ke telaga kembali. Keesokan harinya, ketika sang Putri sedang duduk bersama ayahnya sambil makan siang, terdengar suara lompatan ditangga marmer. Sesampainya di tangga paling atas, terdengar ketukan pintu dan tangisan,”Putri, putri… bukakan pintu untukku”. Sang putri bergegas menuju pintu. Tapi ketika ia membuka pintu, ternyata di hadapannya sudah ada sang katak. Karena kaget ia segera menutup pintu keras-keras. Ia kembali duduk di meja makan dan kelihatan ketakutan. Sang Raja yang melihat anaknya ketakutan bertanya pada putrinya,”Apa yang engkau takutkan putriku? Apakah ada raksasa yang akan membawamu pergi? “Bukan ayah, bukan seorang raksasa tapi seekor katak yang menjijikkan”, kata sang putri. “Apa yang ia inginkan dari?” tanya sang raja pada putrinya.
Kemudian sang putri bercerita kembali kejadian yang menimpanya kemarin. “Aku tidak pernah berpikir ia akan datang ke istana ini..”, kata sang Putri. Tidak berapa lama, terdengar ketukan di pintu lagi. “Putri…, putri, bukakan pintu untukku
Apakah kau lupa dengan ucapan mu di telaga kemarin?” Akhirnya sang Raja berkata pada putrinya,”apa saja yang telah engkau janjikan haruslah ditepati. Ayo, bukakan pintu untuknya”. Dengan langkah yang berat, sang putri bungsu membuka pintu, lalu sang katak segera masuk dang mengikuti sang putri sampai ke meja makan. “Angkat aku dan biarkan duduk di sebelahmu”, kata sang katak. Atas perintah Raja, pengawal menyiapkan piring untuk katak di samping Putri Mary. Sang katak segera menyantap makanan di piring itu dengan menjulurkan lidahnya yang panjang. “Wah, benar-benar tidak punya aturan. Melihatnya saja membuat perasaanku tidak enak,” kata Putri Mary.
Sang Putri bergegas lari ke kamarnya. Kini ia merasa lega bisa melepaskan diri dari sang katak. Namun, tiba-tiba, ketika hendakImagemembaringkan diri di tempat tidur…. “Kwoook!” ternyata sang katak sudah berada di atas tempat tidurnya. “Cukup katak! Meskipun aku sudah mengucapkan janji, tapi ini sudah keterlaluan!” Putri Mary sangat marah, lalu ia melemparkan katak itu ke lantai. Bruuk! Ajaib, tiba-tiba asap keluar dari tubuh katak. Dari dalam asap muncul seorang pangeran yang gagah. “Terima kasih Putri Mary… kau telah menyelamatkanku dari sihir seorang penyihir yang jahat. Karena kau telah melemparku, sihirnya lenyap dan aku kembali ke wujud semula.” Kata sang pangeran. “Maafkan aku karena telah mengingkari janji,” kata sang putri dengan penuh sesal. “Aku juga minta maaf. Aku sengaja membuatmu marah agar kau melemparkanku,” sahut sang Pangeran. Waktu berlalu begitu cepat. Akhirnya sang Pangeran dan Putri Mary mengikat janji setia dengan menikah dan merekapun hidup bahagia.
Pesan moral : Jangan pernah mempermainkan sebuah janji dan pikirkanlah dahulu janji-janji yang akan kita buat.
Pada suatu waktu, hidup seorang raja yang mempunyai beberapa anak gadis yang cantik, tetapi anak gadisnya yang paling bungsulah yang paling cantik. Ia memiliki wajah yang sangat cantik dan selalu terlihat bercahaya. Ia bernama Mary. Di dekat istana raja terdapat hutan yang luas serta lebat dan di bawah satu pohon limau yang sudah tua ada sebuah sumur. Suatu hari yang panas, Putri Mary pergi bermain menuju hutan dan duduk di tepi pancuran yang airnya sangat dingin. Ketika sudah bosan sang Putri mengambil sebuah bola emas kemudian melemparkannya tinggi-tinggi lalu ia tangkap kembali. Bermain lempar bola adalah mainan kegemarannya.
Namun, suatu ketika bola emas sang putri tidak bisa ditangkapnya. Bola itu kemudian jatuh ke tanah dan menggelinding ke arah telaga, mata sang putri terus melihat arah bola emasnya, bola terus bergulir hingga akhirnya lenyap di telaga yang dalam,Image sampai dasar telaga itu pun tak terlihat. Sang Putri pun mulai menangis. Semakin lama tangisannya makin keras. Ketika ia masih menangis, terdengar suara seseorang berbicara padanya,”Apa yang membuatmu bersedih tuan putri? Tangisan tuan Putri sangat membuat saya terharu… Sang Putri melihat ke sekeliling mencari darimana arah suara tersebut, ia hanya melihat seekor katak besar dengan muka yang jelek di permukaan air. “Oh… apakah engkau yang tadi berbicara katak? Aku menangis karena bola emasku jatuh ke dalam telaga”. “Berhentilah menangis”, kata sang katak. Aku bisa membantumu mengambil bola emasmu, tapi apakah yang akan kau berikan padaku nanti?”, lanjut sang katak.
“Apapun yang kau minta akan ku berikan, perhiasan dan mutiaraku, bahkan aku akan berikan mahkota emas yang aku pakai ini”, kata sang putri. Sang katak menjawab, “aku tidak mau perhiasan, mutiara bahkan mahkota emasmu, tapi aku ingin kau mau menjadi teman pasanganku dan mendampingimu makan, minum dan menemanimu tidur. Jika kau berjanji memenuhi semua keinginanku, aku akan mengambilkan bola emasmu kembali”, kata sang katak. “Baik, aku janji akan memenuhi semua keinginanmu jika kau berhasil membawa bola emasku kembali.” Sang putri berpikir, bagaimana mungkin seekor katak yang bisa berbicara dapat hidup di darat dalam waktu yang lama. Ia hanya bisa bermain di air bersama katak lainnya sambil bernyanyi. Setelah sang putri berjanji, sang katak segera menyelam ke dalam telaga dan dalam waktu singkat ia kembali ke permukaan sambil membawa bola emas di mulutnya kemudian melemparkannya ke tanah.
Sang Putri merasa sangat senang karena bola emasnya ia dapatkan kembali. Sang Putri menangkap bola emasnya dan kemudian berlari pulang. “Tunggu… tunggu,” kata sang katak. “Bawa aku bersamamu, aku tidak dapat berlari secepat dirimu”. Tapi percuma saja sang katak berteriak memanggil sang Putri,
ia tetap berlari meninggalkan sang katak. Image Sang katak merasa sangat sedih dan kembal ke telaga kembali. Keesokan harinya, ketika sang Putri sedang duduk bersama ayahnya sambil makan siang, terdengar suara lompatan ditangga marmer. Sesampainya di tangga paling atas, terdengar ketukan pintu dan tangisan,”Putri, putri… bukakan pintu untukku”. Sang putri bergegas menuju pintu. Tapi ketika ia membuka pintu, ternyata di hadapannya sudah ada sang katak. Karena kaget ia segera menutup pintu keras-keras. Ia kembali duduk di meja makan dan kelihatan ketakutan. Sang Raja yang melihat anaknya ketakutan bertanya pada putrinya,”Apa yang engkau takutkan putriku? Apakah ada raksasa yang akan membawamu pergi? “Bukan ayah, bukan seorang raksasa tapi seekor katak yang menjijikkan”, kata sang putri. “Apa yang ia inginkan dari?” tanya sang raja pada putrinya.
Kemudian sang putri bercerita kembali kejadian yang menimpanya kemarin. “Aku tidak pernah berpikir ia akan datang ke istana ini..”, kata sang Putri. Tidak berapa lama, terdengar ketukan di pintu lagi. “Putri…, putri, bukakan pintu untukku
Apakah kau lupa dengan ucapan mu di telaga kemarin?” Akhirnya sang Raja berkata pada putrinya,”apa saja yang telah engkau janjikan haruslah ditepati. Ayo, bukakan pintu untuknya”. Dengan langkah yang berat, sang putri bungsu membuka pintu, lalu sang katak segera masuk dang mengikuti sang putri sampai ke meja makan. “Angkat aku dan biarkan duduk di sebelahmu”, kata sang katak. Atas perintah Raja, pengawal menyiapkan piring untuk katak di samping Putri Mary. Sang katak segera menyantap makanan di piring itu dengan menjulurkan lidahnya yang panjang. “Wah, benar-benar tidak punya aturan. Melihatnya saja membuat perasaanku tidak enak,” kata Putri Mary.
Sang Putri bergegas lari ke kamarnya. Kini ia merasa lega bisa melepaskan diri dari sang katak. Namun, tiba-tiba, ketika hendakImagemembaringkan diri di tempat tidur…. “Kwoook!” ternyata sang katak sudah berada di atas tempat tidurnya. “Cukup katak! Meskipun aku sudah mengucapkan janji, tapi ini sudah keterlaluan!” Putri Mary sangat marah, lalu ia melemparkan katak itu ke lantai. Bruuk! Ajaib, tiba-tiba asap keluar dari tubuh katak. Dari dalam asap muncul seorang pangeran yang gagah. “Terima kasih Putri Mary… kau telah menyelamatkanku dari sihir seorang penyihir yang jahat. Karena kau telah melemparku, sihirnya lenyap dan aku kembali ke wujud semula.” Kata sang pangeran. “Maafkan aku karena telah mengingkari janji,” kata sang putri dengan penuh sesal. “Aku juga minta maaf. Aku sengaja membuatmu marah agar kau melemparkanku,” sahut sang Pangeran. Waktu berlalu begitu cepat. Akhirnya sang Pangeran dan Putri Mary mengikat janji setia dengan menikah dan merekapun hidup bahagia.
Pesan moral : Jangan pernah mempermainkan sebuah janji dan pikirkanlah dahulu janji-janji yang akan kita buat.
Aladin Dan Lampu Ajaib
Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-tiba tanah menjadi berlubang seperti gua.
Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-tiba tanah menjadi berlubang seperti gua.
Dalam lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. "Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik di dasar gua itu", seru si penyihir. "Tidak, aku takut turun ke sana", jawab Aladin. Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin. "Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu", kata si penyihir. Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian. "Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar", jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !", ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah peri cincin kata raksasa itu. "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", ujar peri cincin. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan."
Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu. "Syut !" Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. "Sebutkanlah perintah Nyonya", kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini memberi perintah,"kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami". Dalam waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya. "Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu", kata si peri lampu.
Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku".
Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.
Nun jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. "Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku", seru Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Baik kalau begitu aku yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan kau kesana", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum bir", ujar sang Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang", jawab Aladin.
Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga tewas. "Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke Persia". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
Kancil Dan Harimau
Pada suatu siang, setelah Kancil lelah berlari, ia segera menuju sebuah tempat yang sejuk dibawah pohon beringin. Kancil merebahkan badannya hendak beristirahat. Matahari bersinar terik, sementara angin bertiup sepoi-sepoi menambah suasana hutan menjadi sejuk dan segar. Tak heran jika mata Kancil mulai mengantuk.
Dilihatnya, diatas pohon, seekor ular juga sedang tidur. Kancil membiarkannya.
Tiba-tiba muncul seekor harimau besar yang beringas dan kelaparan.
“Ah, sepertinya siang ini aku jadi makan enak !” katanya. “Siang ini Kancil akan menjadi santapan makan siangku, nyammmm !”
Alangkah terkejut dan takutnya Kancil. Ia hendak berdiri dan lari, tetapi kalah cepat. Kaki Harimau itu sudah memegang dan menindih lehernya.
“Hayo, mau kemana kamu.” Bentak Harimau.
Kancil ketakutan setengah mati. “Ssssstttttt !!!! jangan berisik !” kilah Kancil sambil berbisik.
“Ada apa ?” kata Harimau.
“Lihat diatasmu ?”
Harimau mendongakkan kepalanya. “Apa itu ?”
“Aku disuruh menjaga ikat pinggang milik pak tani.”
“Ikat pinggan macam apa, sehingga kamu mau menunggunya ?”
“Ah, kamu ternyata belum tahu. Ini rahasia, lho. Jangan bilang ke siapa-siapa.”
“Ya, katakan saja padaku. Aku akan menyimpan rahasia itu.”
Tampaknya Hariamau sudah mulai bisa diakali oleh Kancil. “Barang siapa yang memakai ikat pinggang itu, ia akan kuat dan tahan dari senjata apapun.”
“Ah, masa ?” tanya Harimau tidak percaya.
“Kalau tidak percaya ya sudah. Tapi ini rahasia, ya.”
“Eh, tapi… kalau aku yang memakainya, kira-kira aku bisa kuat nggak, ya ?”
“Ya, tentu saja.”
“Bolehkan, aku mencoba memakainya ?” rayu Harimau.
“Jangan ! Nanti aku dimarahi sama pak tani.”
“Ah, Cil. Sebentar saja. Masa tidak boleh. Kamu kan sahabatku yang paling baik ?”
Kancil seolah-olah berpikir sebentar. “Baiklah, tapi lepaskan aku dulu.”
Harimau segera melepaskan cengkeramannya.
“Kamu boleh memakai ikat pinggang itu, sepuas kamu. Tapi aku akan sembunyi dulu biar pak tani tidak melihat dan marah padaku.”
“Ya… tapi jangan jauh-jauh, ya. Aku masih punya urusan sama kamu.”
“Iya… masa kamu juga tidak percaya sama aku.” Kancil segera melompat berlari meninggalkan Harimau yang masih tertegun memandangi ikat pinggang yang sebenarnya adalah seekor ular.
“Wah, indah sekali ikat pinggang ini. Aku pakai, ah….”
Harimau segera menarik ekor ular yang sedang tidur itu dan melilitkannya dipinggangnya. Alangkah terkejutnya si Ular karena tidurnya terusik. Ular marah bukan kepalang. Ia segera menyerang Harimau dan menggigitnya. Harimau yang juga terkejut mengetahui kalau itu ulah, merasa ditipu oleh Kancil. Perkelahian antara Ular dan Harimau terjadi. Ular kalah dan melarikan diri.
“Awas, kamu Cil ! Aku cari kamu, dan aku makan kamu, ggrrr… ggrrr… ggrrr…”
Dilihatnya, diatas pohon, seekor ular juga sedang tidur. Kancil membiarkannya.
Tiba-tiba muncul seekor harimau besar yang beringas dan kelaparan.
“Ah, sepertinya siang ini aku jadi makan enak !” katanya. “Siang ini Kancil akan menjadi santapan makan siangku, nyammmm !”
Alangkah terkejut dan takutnya Kancil. Ia hendak berdiri dan lari, tetapi kalah cepat. Kaki Harimau itu sudah memegang dan menindih lehernya.
“Hayo, mau kemana kamu.” Bentak Harimau.
Kancil ketakutan setengah mati. “Ssssstttttt !!!! jangan berisik !” kilah Kancil sambil berbisik.
“Ada apa ?” kata Harimau.
“Lihat diatasmu ?”
Harimau mendongakkan kepalanya. “Apa itu ?”
“Aku disuruh menjaga ikat pinggang milik pak tani.”
“Ikat pinggan macam apa, sehingga kamu mau menunggunya ?”
“Ah, kamu ternyata belum tahu. Ini rahasia, lho. Jangan bilang ke siapa-siapa.”
“Ya, katakan saja padaku. Aku akan menyimpan rahasia itu.”
Tampaknya Hariamau sudah mulai bisa diakali oleh Kancil. “Barang siapa yang memakai ikat pinggang itu, ia akan kuat dan tahan dari senjata apapun.”
“Ah, masa ?” tanya Harimau tidak percaya.
“Kalau tidak percaya ya sudah. Tapi ini rahasia, ya.”
“Eh, tapi… kalau aku yang memakainya, kira-kira aku bisa kuat nggak, ya ?”
“Ya, tentu saja.”
“Bolehkan, aku mencoba memakainya ?” rayu Harimau.
“Jangan ! Nanti aku dimarahi sama pak tani.”
“Ah, Cil. Sebentar saja. Masa tidak boleh. Kamu kan sahabatku yang paling baik ?”
Kancil seolah-olah berpikir sebentar. “Baiklah, tapi lepaskan aku dulu.”
Harimau segera melepaskan cengkeramannya.
“Kamu boleh memakai ikat pinggang itu, sepuas kamu. Tapi aku akan sembunyi dulu biar pak tani tidak melihat dan marah padaku.”
“Ya… tapi jangan jauh-jauh, ya. Aku masih punya urusan sama kamu.”
“Iya… masa kamu juga tidak percaya sama aku.” Kancil segera melompat berlari meninggalkan Harimau yang masih tertegun memandangi ikat pinggang yang sebenarnya adalah seekor ular.
“Wah, indah sekali ikat pinggang ini. Aku pakai, ah….”
Harimau segera menarik ekor ular yang sedang tidur itu dan melilitkannya dipinggangnya. Alangkah terkejutnya si Ular karena tidurnya terusik. Ular marah bukan kepalang. Ia segera menyerang Harimau dan menggigitnya. Harimau yang juga terkejut mengetahui kalau itu ulah, merasa ditipu oleh Kancil. Perkelahian antara Ular dan Harimau terjadi. Ular kalah dan melarikan diri.
“Awas, kamu Cil ! Aku cari kamu, dan aku makan kamu, ggrrr… ggrrr… ggrrr…”
Malin Kundang
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
Kamis, 20 Januari 2011
Allah Ada Tanpa Tempat Dan Arah
/>
Sesungguhnya keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat adalah aqidah Nabi Muhammad, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Mereka dikenal dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah; kelompok mayoritas ummat yang merupakan al-Firqah an-Najiyah (golongan yang selamat). Dalil atas keyakinan tersebut selain ayat di atas adalah firman Allah:
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (QS. as-Syura: 11)
Ayat ini adalah ayat yang paling jelas dalam al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah sama sekali tidak menyerupai makhluk-Nya. Ulama Ahlussunnah menyatakan bahwa alam (makhluk Allah) terbagai atas dua bagian; yaitu benda dan sifat benda. Kemudian benda terbagi menjadi dua, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai batas terkecil (para ulama menyebutnya dengan al-Jawhar al-Fard), dan benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian (jism). Benda yang terakhir ini (jism) terbagi menjadi dua macam;
1. Benda Lathif; benda yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti cahaya, kegelapan, ruh, angin dan sebagainya.
2. Benda Katsif; benda yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia, tanah, benda-benda padat dan lain sebagainya.
Sedangkan sifat-sifat benda adalah seperti bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada di tempat dan arah, duduk, turun, naik dan sebagainya. Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah ta’ala tidak menyerupai makhluk-Nya, bukan merupakan al-Jawhar al-Fard, juga bukan benda Lathif atau benda Katsif. Dan Dia tidak boleh disifati dengan apapun dari sifat-sifat benda. Ayat tersebut cukup untuk dijadikan sebagai dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Karena seandainya Allah mempunyai tempat dan arah, maka akan banyak yang serupa dengan-Nya. Karena dengan demikian berarti ia memiliki dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Sedangkan sesuatu yang demikian, maka ia adalah makhluk yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut.
Rasulullah bersabda: “Allah ada pada azal (Ada tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al-Bukhari, al-Bayhaqi dan Ibn al-Jarud)
Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, ‘arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).
Maka sebagaimana dapat diterima oleh akal, adanya Allah tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan arah, begitu pula akal akan menerima wujud-Nya tanpa tempat dan arah setelah terciptanya tempat dan arah. Hal ini bukanlah penafian atas adanya Allah. Sebagaimana ditegaskan juga oleh sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib -semoga Allah meridlainya-:
“Allah ada (pada azal) dan belum ada tempat dan Dia (Allah) sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap seperti semula, ada tanpa tempat” (Dituturkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam kitabnya al-Farq Bayn al-Firaq, h. 333).
Al-Imam al-Bayhaqi (w 458 H) dalam kitabnya al-Asma Wa ash-Shifat, hlm. 506, berkata:
“Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah:
“Engkau Ya Allah azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu apapun di atas-Mu, dan Engkau al-Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu apapun di bawah-Mu (HR. Muslim dan lainnya). Jika tidak ada sesuatu apapun di atas-Nya dan tidak ada sesuatu apapun di bawah-Nya maka berarti Dia ada tanpa tempat”.
Al-Imam as-Sajjad Zain al-‘Abidin ‘Ali ibn al-Husain ibn ‘Ali ibn Abi Thalib (w 94 H) berkata:
“Engkaulah ya Allah yang tidak diliputi oleh tempat”. (Diriwayatkan oleh al-Hafizh az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin dengan rangkaian sanad muttashil mutasalsil yang kesemua perawinya adalah Ahl al-Bayt; keturunan Rasulullah).
Adapun ketika seseorang menghadapkan kedua telapak tangan ke arah langit ketika berdoa, hal ini tidak menandakan bahwa Allah berada di arah langit. Akan tetapi karena langit adalah kiblat berdoa dan merupakan tempat turunnya rahmat dan barakah. Sebagaimana apabila seseorang ketika melakukan shalat ia menghadap ka’bah. Hal ini tidak berarti bahwa Allah berada di dalamnya, akan tetapi karena ka’bah adalah kiblat shalat. Penjelasan seperti ini dituturkan oleh para ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah seperti al-Imam al-Mutawalli (w 478 H) dalam kitabnya al-Ghun-yah, al-Imam al-Ghazali (w 505 H) dalam kitabnya Ihya ‘Ulumiddin, al-Imam an-Nawawi (w 676 H) dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim, al-Imam Taqiyyuddin as-Subki (w 756 H) dalam kitab as-Sayf ash-Shaqil, dan masih banyak lagi.
Al-Imam Abu Ja’far ath-Thahawi -Semoga Allah meridlainya- (w 321 H) berkata:
“Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan danlainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya ). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang); tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi oleh enam arah penjuru tersebut”.
Perkataan al-Imam Abu Ja’far ath-Thahawi ini merupakan Ijma’ (konsensus) para sahabat dan ulama Salaf (orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama hijriyah). Diambil dalil dari perkataan tersebut bahwasannya bukanlah maksud dari Mi’raj bahwa Allah berada di arah atas lalu Nabi Muhammad naik ke arah sana untuk bertemu dengan-Nya. Melainkan maksud Mi’raj adalah untuk memuliakan Rasulullah dan memperlihatkan kepadanya keajaiban-keajaiban makhluk Allah sebagaimana dijelaskan dalam al Qur’an surat al-Isra ayat 1.
Dengan demikian tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu tempat, atau disemua tempat, atau ada di mana-mana. Juga tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu arah atau semua arah penjuru. Al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari (w 324 H) -Semoga Allah meridlainya- berkata:
“Sesungguhnya Allah ada tanpa tempat” (Diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam kitab al-Asma Wa ash-Shifat).
Al-Imam al-Asy’ari juga berkata: “Tidak boleh dikatakan bahwa Allah di satu tempat atau di semua tempat”. Perkataan al-Imam al-Asy’ari ini dinukil oleh al-Imam Ibn Furak (w 406 H) dalam kitab al-Mujarrad. Syekh Abd al-Wahhab asy-Sya’rani (w 973 H) dalam kitab al-Yawaqit Wa al-Jawahir menukil perkataan Syekh Ali al-Khawwash: “Tidak boleh dikatakan Allah ada di mana-mana”. Maka aqidah yang wajib diyakini adalah bahwa Allah ada tanpa arah dan tanpa tempat.
Perkataan al-Imam ath-Thahawi di atas juga merupakan bantahan terhadap pengikut paham Wahdah al-Wujud; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-makhluk-Nya, juga sebagai bantahan atas pengikut paham Hulul; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah menempati sebagian makhluk-Nya. Dua keyakinan ini adalah kekufuran berdasarkan Ijma’ (konsensus) seluruh orang Islam sebagaimana dikatakan oleh al-Imam as-Suyuthi (w 911 H) dalam kitab al-Hawi Li al-Fatawi, dan Imamlainnya . Para Imam panutan kita dari ahli tasawuf sejati seperti al-Imam al-Junaid al-Baghdadi (w 297 H), al-Imam Ahmad ar-Rifa’i (w 578 H), Syekh Abd al-Qadir al-Jailani (w 561 H) dan semua Imam tasawwuf sejati; mereka semua selalu mengingatkan orang-orang Islam dari para pendusta yang menjadikan tarekat dan tasawuf sebagai sebagai wadah untuk meraih dunia, padahal mereka berkeyakinan Wahdah al-Wujud dan Hulul.
Dengan demikian keyakinan ummat Islam dari kalangan Salaf dan Khalaf telah sepakat bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Sementara keyakinan sebagian orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah adalah benda yang duduk di atas Arsy, adalah keyakinan sesat. Keyakinan ini adalah penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya, karena duduk adalah salah satu sifat manusia. Para ulama Salaf bersepakat bahwa barangsiapa yang menyifati Allah dengan salah satu sifat di antara sifat-sifat manusia maka ia telah kafir, sebagaimana hal ini ditulis oleh al-Imam al-Muhaddits as-Salafi Abu Ja’far ath-Thahawi (w 321 H) dalam kitab aqidahnya yang terkenal dengan nama “al-‘Aqidah ath-Thahwiyyah”. Beliau berkata:
“Barang siapa mensifati Allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia, maka ia telah kafir”.
Perhatian….!
Waspadai.. Keyakinan Tasybih [Keyakinan Allah serupa dengan makhluk-Nya] yang kian hari semakin merebak… Jangan sampaai merusak genarasi kita!!!?
Sesungguhnya keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat adalah aqidah Nabi Muhammad, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Mereka dikenal dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah; kelompok mayoritas ummat yang merupakan al-Firqah an-Najiyah (golongan yang selamat). Dalil atas keyakinan tersebut selain ayat di atas adalah firman Allah:
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (QS. as-Syura: 11)
Ayat ini adalah ayat yang paling jelas dalam al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah sama sekali tidak menyerupai makhluk-Nya. Ulama Ahlussunnah menyatakan bahwa alam (makhluk Allah) terbagai atas dua bagian; yaitu benda dan sifat benda. Kemudian benda terbagi menjadi dua, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai batas terkecil (para ulama menyebutnya dengan al-Jawhar al-Fard), dan benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian (jism). Benda yang terakhir ini (jism) terbagi menjadi dua macam;
1. Benda Lathif; benda yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti cahaya, kegelapan, ruh, angin dan sebagainya.
2. Benda Katsif; benda yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia, tanah, benda-benda padat dan lain sebagainya.
Sedangkan sifat-sifat benda adalah seperti bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada di tempat dan arah, duduk, turun, naik dan sebagainya. Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah ta’ala tidak menyerupai makhluk-Nya, bukan merupakan al-Jawhar al-Fard, juga bukan benda Lathif atau benda Katsif. Dan Dia tidak boleh disifati dengan apapun dari sifat-sifat benda. Ayat tersebut cukup untuk dijadikan sebagai dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Karena seandainya Allah mempunyai tempat dan arah, maka akan banyak yang serupa dengan-Nya. Karena dengan demikian berarti ia memiliki dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Sedangkan sesuatu yang demikian, maka ia adalah makhluk yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut.
Rasulullah bersabda: “Allah ada pada azal (Ada tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al-Bukhari, al-Bayhaqi dan Ibn al-Jarud)
Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, ‘arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).
Maka sebagaimana dapat diterima oleh akal, adanya Allah tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan arah, begitu pula akal akan menerima wujud-Nya tanpa tempat dan arah setelah terciptanya tempat dan arah. Hal ini bukanlah penafian atas adanya Allah. Sebagaimana ditegaskan juga oleh sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib -semoga Allah meridlainya-:
“Allah ada (pada azal) dan belum ada tempat dan Dia (Allah) sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap seperti semula, ada tanpa tempat” (Dituturkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam kitabnya al-Farq Bayn al-Firaq, h. 333).
Al-Imam al-Bayhaqi (w 458 H) dalam kitabnya al-Asma Wa ash-Shifat, hlm. 506, berkata:
“Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah:
“Engkau Ya Allah azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu apapun di atas-Mu, dan Engkau al-Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu apapun di bawah-Mu (HR. Muslim dan lainnya). Jika tidak ada sesuatu apapun di atas-Nya dan tidak ada sesuatu apapun di bawah-Nya maka berarti Dia ada tanpa tempat”.
Al-Imam as-Sajjad Zain al-‘Abidin ‘Ali ibn al-Husain ibn ‘Ali ibn Abi Thalib (w 94 H) berkata:
“Engkaulah ya Allah yang tidak diliputi oleh tempat”. (Diriwayatkan oleh al-Hafizh az-Zabidi dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin Bi Syarh Ihya’ ‘Ulumiddin dengan rangkaian sanad muttashil mutasalsil yang kesemua perawinya adalah Ahl al-Bayt; keturunan Rasulullah).
Adapun ketika seseorang menghadapkan kedua telapak tangan ke arah langit ketika berdoa, hal ini tidak menandakan bahwa Allah berada di arah langit. Akan tetapi karena langit adalah kiblat berdoa dan merupakan tempat turunnya rahmat dan barakah. Sebagaimana apabila seseorang ketika melakukan shalat ia menghadap ka’bah. Hal ini tidak berarti bahwa Allah berada di dalamnya, akan tetapi karena ka’bah adalah kiblat shalat. Penjelasan seperti ini dituturkan oleh para ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah seperti al-Imam al-Mutawalli (w 478 H) dalam kitabnya al-Ghun-yah, al-Imam al-Ghazali (w 505 H) dalam kitabnya Ihya ‘Ulumiddin, al-Imam an-Nawawi (w 676 H) dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim, al-Imam Taqiyyuddin as-Subki (w 756 H) dalam kitab as-Sayf ash-Shaqil, dan masih banyak lagi.
Al-Imam Abu Ja’far ath-Thahawi -Semoga Allah meridlainya- (w 321 H) berkata:
“Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan danlainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya ). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang); tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi oleh enam arah penjuru tersebut”.
Perkataan al-Imam Abu Ja’far ath-Thahawi ini merupakan Ijma’ (konsensus) para sahabat dan ulama Salaf (orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama hijriyah). Diambil dalil dari perkataan tersebut bahwasannya bukanlah maksud dari Mi’raj bahwa Allah berada di arah atas lalu Nabi Muhammad naik ke arah sana untuk bertemu dengan-Nya. Melainkan maksud Mi’raj adalah untuk memuliakan Rasulullah dan memperlihatkan kepadanya keajaiban-keajaiban makhluk Allah sebagaimana dijelaskan dalam al Qur’an surat al-Isra ayat 1.
Dengan demikian tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu tempat, atau disemua tempat, atau ada di mana-mana. Juga tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu arah atau semua arah penjuru. Al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari (w 324 H) -Semoga Allah meridlainya- berkata:
“Sesungguhnya Allah ada tanpa tempat” (Diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam kitab al-Asma Wa ash-Shifat).
Al-Imam al-Asy’ari juga berkata: “Tidak boleh dikatakan bahwa Allah di satu tempat atau di semua tempat”. Perkataan al-Imam al-Asy’ari ini dinukil oleh al-Imam Ibn Furak (w 406 H) dalam kitab al-Mujarrad. Syekh Abd al-Wahhab asy-Sya’rani (w 973 H) dalam kitab al-Yawaqit Wa al-Jawahir menukil perkataan Syekh Ali al-Khawwash: “Tidak boleh dikatakan Allah ada di mana-mana”. Maka aqidah yang wajib diyakini adalah bahwa Allah ada tanpa arah dan tanpa tempat.
Perkataan al-Imam ath-Thahawi di atas juga merupakan bantahan terhadap pengikut paham Wahdah al-Wujud; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-makhluk-Nya, juga sebagai bantahan atas pengikut paham Hulul; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah menempati sebagian makhluk-Nya. Dua keyakinan ini adalah kekufuran berdasarkan Ijma’ (konsensus) seluruh orang Islam sebagaimana dikatakan oleh al-Imam as-Suyuthi (w 911 H) dalam kitab al-Hawi Li al-Fatawi, dan Imamlainnya . Para Imam panutan kita dari ahli tasawuf sejati seperti al-Imam al-Junaid al-Baghdadi (w 297 H), al-Imam Ahmad ar-Rifa’i (w 578 H), Syekh Abd al-Qadir al-Jailani (w 561 H) dan semua Imam tasawwuf sejati; mereka semua selalu mengingatkan orang-orang Islam dari para pendusta yang menjadikan tarekat dan tasawuf sebagai sebagai wadah untuk meraih dunia, padahal mereka berkeyakinan Wahdah al-Wujud dan Hulul.
Dengan demikian keyakinan ummat Islam dari kalangan Salaf dan Khalaf telah sepakat bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Sementara keyakinan sebagian orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya; mereka yang berkeyakinan bahwa Allah adalah benda yang duduk di atas Arsy, adalah keyakinan sesat. Keyakinan ini adalah penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya, karena duduk adalah salah satu sifat manusia. Para ulama Salaf bersepakat bahwa barangsiapa yang menyifati Allah dengan salah satu sifat di antara sifat-sifat manusia maka ia telah kafir, sebagaimana hal ini ditulis oleh al-Imam al-Muhaddits as-Salafi Abu Ja’far ath-Thahawi (w 321 H) dalam kitab aqidahnya yang terkenal dengan nama “al-‘Aqidah ath-Thahwiyyah”. Beliau berkata:
“Barang siapa mensifati Allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia, maka ia telah kafir”.
Perhatian….!
Waspadai.. Keyakinan Tasybih [Keyakinan Allah serupa dengan makhluk-Nya] yang kian hari semakin merebak… Jangan sampaai merusak genarasi kita!!!?
Sangkuriang
Teman2 ini dongeng dalam versi sunda yaa..!!! ahayyy asyiiikk
Aya hiji putri raja di tatar Sunda nu geulis kawanti-wanti endah kabina-bina nu ngaranna Dayang Sumbi, tapi hanjakal manehna diasingkeun ka leuweung alatan nandang panyakit nu teu cageur-cageur, nu dianggap bisa ngabalukarkeun boborna wibawa jeung komara sang Raja.
Dina sajeroning pangasingan, pikeun ngaleungitkeun kakesel, nya sapopoena sok ngadon ninun di saung ranggonna Hiji mangsa keur anteng ninun, taropong paragi ngasupkeun benang kana rentangan anyaman benang murag ka handapeun saung. Kulantaran keur kagok digawe tambah hoream turun ti saung, Dayang Sumbi ngucap ka sing saha bae nu daek mangnyokotkeun jeung nganteurkeun eta alat ka manehna, lamun awewe rek dijadikeun dulur, mun lalaki rek dijadikeun salaki.. Nya harita aya anjing jalu nu ngaran si Tumang nyokot eta alat jeung nganteurkeun ka Dayang
Sumbi. Barang mireungeuh yen nu nganteurkeun taropong teh mangrupa anjing jalu atuh kacida ngagebegna ku alatan geus ragrag ucap nu keur elmu sunda mah ucap teh sarua jeung sumpah nu teu meunang dibolaykeun.
Bari ngaheruk ku lantaran geus sumpah tea, nya kapaksa Dayang Sumbi kudu ngalakonan kawin jeung anjing nu ngaran si Tumang, nepi ka boga budak lalaki nu kacida kasepna nu dingaranan Sangkuriang. Sangkuriang ti orok nepi ka mangkat baleg, salawasna diasuh jeung diaping ku Si Tumang, kamana Sangkuriang lumampah didinya si Tumang ngintil marengan. Hiji mangsa Dayang Sumbi hayangeun pisan jantung mencek, mani asa geus aya dina lentah, nya gancang nitah Sangkuriang sangkan moro mencek jeung kudu kabawa jantungna. Tapi dadak dumadakan harita nepi ka sapoe jeput teu panggih jeung sato naon-naon, sedeng waktu geus nyerelek maju ka burit. Sangkuriang bingung ku lantaran can hasil nedunan kahayang nu jadi indung, Sangkuriang sieun nu jadi indungna bendu mun mulang teu mawa hasil. Barang ret ka si Tumang nya timbul akalna, terus si Tumang dipanah jeung dicokot jantungna, terus dibawa jeung dipasrahkeun ka indungna. Ku Dayang Sumbi ditarima terus diasakan.
Dina sajeroning masak Dayang Sumbi ras inget ka si Tumang, anu saterusna ditanyakeun ka Sangkuriang kamana si Tumang. Barang ditanya kitu Sangkuriang ngabetem teu ngajawab, tapi sanggeus disedek, ahirna Sangkuriang wakca balaka, yen anu eukeur dipasak ku Dayang Sumbi teh eta jajantungna si Tumang. Atuh dadak sakala Dayang Sumbi ambek kacida sabab si Tumang the bapana Sangkuriang, bakat ku ambek sinduk batok nu keur dipake masak harita ditakolkeun kana sirah Sangkuriang nepi ka baloboran getih nu ngabalukarkeun sirahna pitak jeung terus diusir. Sangkuriang minggat teu puguh arah tujuan kalunta-lunta asup leuweung kaluar leuweung naek gunung-turun gunung, asup guha kaluar guha, nya bari ngelmu sakapan-paran.
Gancangna carita liwat welasan taun Sangkuriang tumuwuh jadi jajaka nu gagah kasep tur luhung ku elmu, jembar ku pangabisa. Kersaning nu Maha Kawasa, hiji
mangsa panggih jeung Dayang Sumbi nu sacara lahir wujudna teu robah lir parawan welasan taun geulis kabina-bina lir widadari ti kahiyangan, lantaran ngagem elmu awet jaya. Duanana pada-pada teu wawuh pangrasana karek tepung munggaran harita. Barang paamprok timbul tatali asih, pada-pada mentangkeun jamparing asih geugeut layeut lir gula jeung peueut teu bisa dipisahkeun, nya terus patali jangji rek hirup babarengan ngawangun rumahtangga ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salogak Hiji mangsa Dayang Sumbi keur anteng nyiaran buuk Sangkuriang, katenjo aya pitak dina sirah Sangkuriang, harita Dayang Sumbi ngagebeg sabab ras inget ka nu jadi anakna waktu keur leutik ditakol ku sinduk persis palebah eta pitak. Nya gancang tatalepa tumanya ka Sangkuriang nalungtik sajarahna eta pitak. Sanggeus dicaritakeun nu sabenerna atuh kacida reuwasna horeng eta Sangkuriang teh anakna nu geus heubeul diteangan dianti-anti hayang kapanggih deui, atuh gancang ku Dayang Sumbi dibejer-beaskeun yen sabenerna manehna teh indungna kalayan menta ka Sangkuriang sangkan pamaksudan hayang hirup laki-rabi jeung manehna dibolaykeun, sabab teu mungkin anak kawin ka indung.
Ngadenge caritaan Dayang Sumbi kitu Sangkuriang teu percaya, alesanana teu mungkin wujud nu jadi indung bisa leuwih ngora tibatan dirina, Sangkuriang boga anggapan yen caritaan kitu teh, sakadar alesan pikeun ngabolaykeun jangji pasini. Dayang Sumbi terus ngajebejerbeaskeun ceuk paribasa nepi ka beak dengkak ngajelaskeun sangkan nu jadi anak sadar jeung narima kana kanyataan nu tumiba, tapi Sangkuriang tetep teu percaya jeung keukeuh maksa pikeun ngawujudkeun tali rarabi rumahtangga, malahan jadi ngabuburu sagala hayang harita keneh dilaksanakeun. Mireungeuh kahayang Sangkuriang kitu, Dayang Sumbi ngaheruk buntu laku beakeun jalan pikeun nyingkahan, harita timbul akal
sangkan tali rarabi bisa dibatalkeun ku jalan nyanggupan pikeun kawin tapi aya sarat, nyaeta Sangkuriang dina jero sapeuting kudu bisa ngabendung nyieun talaga gede jeung parahu pikeun lalayaran madukeun kaasih, nu ceuk pikirna pamohalan eta sarat bisa katedunan ku Sangkuriang.
Sangkuriang nyanggupan, kalayan gancang guragiru ngumpulkeun madia baladna bangsa lelembut nu katelah Guriang Tujuh, nya prak migawe naon nu dipikahayang Dayang Sumbi. Teu kungsi sapeuting eta pagaweaan ampir anggeus, atuh nempo kaayaan kitu Dayang Sumbi kacida reuwasna, sabab sieun ku dosa. Dayang Sumbi terus sidakep situhu tunggal mujasmedi, jumerit menta pituduh Nu Kawasa sangkan Sangkuriang teu bias nganggeuskeun pagaweanana. Sangeus nampa pituduh, gura-giru Dayang Sumbi ngerahkeun masyarakat di wewengkon eta sangkan ngebeberkeun jeung ngelebetkeun boeh rarang nu didamaran ku obor nu nimbulkeun pantulan cahaya katingalina mangrupa balebat tanda peuting rek ganti beurang, kitu oge ibu-ibu jeung para wanoja dikeprik dimana-mana sangkan gancang babarengan narutu lisung tutunggulan.
Ku ayana cahaya jeung lisung tutunggulan, hayam jago jadi reang pating kongkorongok. Mireungeuh kajadian kitu, Guriang Tujuh nu keur ngangsitkeun pagawean kacida reuwaseun, atuh gancang kalabur ngalaleungit deui teu sanggup neruskeun sabab sieun kabeurangan, nu balukarna naon nu jadi sarat ti Dayang Sumbi teu bias direngsekeun ku Sangkuriang.
Ngarasa ditipu Sangkuriang kacida ambekna, parahu nu can rengse terus ditalapung nya ragrag jadi Gunung Tangkuban parahu, tunggul-tunggul sesa nuar kai pikeun nyieun parahu robah ngajadi Gunung Bukittunggul, sedengkeun tumpukan dahan, pangpang, rerenteng jeung daun kai ngajadi Gunung Burangrang. Sangkuriang teu puas, anu saterusna ngudag-ngudag Dayang Sumbi, ceuk sakaol sapanjang jaman tepi ka wanci ayeuna Sangkuriang masih terus ngudag-ngudak Dayang Sumbi.
Harti dina carita nu kasungsi :
Galur carita Sangkuriang nu runtut kalayan cocog jeung kaayaan alam Pasundan, hususna wewengkon ”Danau Purba Bandung” karasa nyata tur hirup oge sakral. Hal ieu ngabuktikeun kalinuhungan luluhur sunda nu nyusun carita.
Sangkuriang asal tina kecap Sang Kuring atawa Ingsun. Gubragna Sangkuriang ka dunya hasil kawin si Tumang jeung Dayang Sumbi ku alatan taropong murag. Taropong hartina toropong nyaeta alat pikeun nempo sangkan leuwih talilti, eces tur museur. Tumang teh mangrupakeun anjing hideung tapi bangus jeung buntutna koneng. Dumasar kana simbul-simbol warna dina palsapah kasundaan, hideung perlambang bumi/lemah nu ngabogaan sifat kateguhan, katetepan, pengkuh, sedengkeun Koneng ngalambangkeun angin sifatna kadunyaan. Jadi tina wujud Tumang ngandung harti ieu carita perkara dunya jeung nu nuturkeun/turun ka dunya (manusa) nu mangrupakeun katetepan ti nu Maha Kawasa. ”Tumang” tina basa kawi hartina hawu atawa dapuran seuneu anu oge ngandung maksud hawa napsu, sedengkeun ”dayang” nyaeta sebutan keur awewe, harti lianna asal tina kecap dangiang/dahyang nu hartina bangsa lelembut atawa halus.
Dayang bisa oge dihartikeun asal tina kecap dang (= dangdang) jeung hyang (= suci = dewa). Sumbi nyaeta seuseukeutna katimang (sing seukeut nya nimang), sedengkeun upama dipenggel ngandung harti wujud diri (sum = sumsum = acining; bi = awewe = ibu pertiwi = bumi).
Jadi Dayang Sumbi ngandung harti sing seukeut tinimangan, kudu lantip dina nyungsi harti ngaguar rasa kanyahokeun sing taliti yen wujud diri teh hakekatna suci nu asal tina acining ibu pertiwi/bumi nu kaancikan ku napsu (Dayang Sumbi kawin ka si Tumang).
Palebah dieu nyata kalinuhungan luluhur urang Sunda dina milih kecap pikeun ngalarapkeun pasangan hawa napsu jeung wujud waruga, oge bisa luyu jeung harti lian nu masangkeun harti hawu jeung dangdang. Dayang Sumbi tetep geulis awet jaya, upama disungsi bakal nganyatakeun yen ti jaman ayana manusa di dunya tepi kaayeuna wujud diri manusa teh tetep geulis, pantes teu robah strukturna, manusa teu bisa nyieun wujud, sok sanajan tepi ka wujud geus pareot, ilaharna teu aya manusa nu hayang ninggalkeun warugana, malahan tetep dipikacinta dipikaasih, ku kuringna. Dina palsapah/kapercayaan Sunda netelakeun yen Sang Kuring atawa Ingsun lain sifat ragawi/lahir, oge lain
sifat rohani/batin, tapi anu dilahiran jeung dibatinan.
Ingsun (kuring)mangrupakeun dat suci nu asal ti Gusti Nu Maha Suci nu sapanjang di alam dunya ngancik dina wujud manusa sakuringna-sakuringna.
Gumelarna ingsun ka dunya ngaliwatan cukang lantaran indung bapa nu dina carita ngaliwatan indung nu ngaran Dayang Sumbi sarta bapa nu ngaran Tumang. Di dunya Ingsun ngancik dina wujud waruga/diri nu asal tina acining/ saripati dunya (dayang Sumbi), kulantaran kitu hawa napsu salawasna marengan Sangkuriang (Tumang sok ngintil marengan). Mun teu aya hawa napsu nu marengan raga, tinangtu moal aya kahirupan di dunya jeung moal aya ingsun nu gumelar ka dunya. Kusabab eta waktu si Tumang di paehan Dayang Sumbi kacida benduna, nu hartina lamun hawa napsu dipaehan tangtu kapentingan raga kaluli-luli nu balukarna bakal leungit kahirupan manusa di dunya (sawang kumaha balukarna mun sarupaning napsu dahar/nginum, napsu gawe, napsu birahi, napsu pikeun ningkatkeun diri jeung napsu-napsu lianna dipaehan, tinangtu kahirupan di dunya bakal punah), matak dina elmu Sunda mah teu aya ajaran pikeun maehan napsu, ngan tangtu kudu dikadalikeun, manusa sunda teu meunang ngasingkeun diri ninggalkeun urusan dunya.
Hirup ingsun di dunya kudu ngabogaan elmu hasil ngasah jeung olah pikir dina uteukna nu mancar dina gawe nu rancage, nu dina carita disimbulkeun sirah Sangkuriang ditakol ku sinduk tepi ka pitak.
Sangkuriang maksa hayang kawin ka Dayang Sumbi ngandung harti, yen kulantaran Ingsun asal ti Gusti nu hakekatna suci, tinangtu ngabogaan rasa jeung tanggungjawab pikeun nyalametkeun diri/waruga asal ti dunya nu diancikanana sangkan salamet kukuh mituhu teu ingkar tina papagon kamanusaan, ku cara ngamanunggalkeun kuring jeung kurungna dina hiji parahu nu sahaluan sapanjang ngumbara ngalakonan kahirupan di dunya (parahu pikeun lalayaran di talaga).
Dina ngalaksanakeun gawena, Sangkuriang dibantu ku Guriang Tujuh (= Guru hyang tujuh), maksudna tujuh pangawasa suci nu asal ti Gusti nu ngancik dina diri manusa, nyaeta : pangawasa/gerak-langkah, pangersa/kadaek, hirup, pangrungu/denge, awas, pangandika/ ucap, pangangseu/ambeu, nu jadi guru jati manusa pikeun nganyahokeun, ngarasakeun, nyaksikeun kaayaan dunya jeung pangeusina, lain cenah lain beja estuning dirasakeun ku sorangan sakuringna-sakuringna.
Pon kitu deui digunakeun pikeun ngalalakon kahirupan di dunya jeung ngudag kahayang/cita-cita sarta ningkateun harkat jeung martabat dirina. Boeh rarang dibeberkeun jeung dikelebetkeun dicaangan obor, nyimbulkeun akal pikiran nu dicaangan ku elmu/katerang/kanyaho nu ditembrakkeun/dikibarkeun atawa diwujudkeun dina kahirupan (gawe akal pikiran).
Lisung tutunggulan nyimbulkeun napsu nu ngagolak (gawe rasa/napsu), sedengkeun hayam jago pating kongkorongok ngalambangkeun kasombongan jeung katakaburan, nepak dada ngarasa ieu aing jago. Elmu spiritual Sunda ngajentrekeun yen aya tilu unsur dina diri manusa nu bisa ngawasa kana pamarentahan diri, nyaeta kakuatan akal/pikiran, kakuatan rasa/napsu, jeung kakuatan jati ingsun. Dina perkara ieu ingsun kudu bisa ngadalikeun akal-pikiran jeung rasa/napsu (ingsun jadi supir/nahoda). Lamun akal pikiran jeung rasa napsu geus miheulaan ingsun (Sangkuriang kabeurangan lantaran boeh dioboran jeung lisung tutunggulan nu terusna kongkorongok), tangtu kuring jeung kurung teu bisa kawin (teu bisa manunggal), balukarna hirup manusa lir ibarat parahu nangkub (Tangkubanparahu) teu bisa dipake ngalakonan kahirupan di dunya (lalayaran di talaga) nu didumasaran ku ajen luhung kamanusaan jeung kasucian, tungtungna ngan bati hanjelu kaduhung sagede gunung ibarat tunggul (Bukittunggul), hate nalangsa ngarangrangan ngarasa hirup euweuh ajen (Burangrang). Tapi sok sanajan batal kawin, ku lantaran ngarasa boga kawajiban salila gumelar di dunya, Ingsun (kuring) teu weleh ngudag-ngudag supaya kurung bisa dikawin, nu kadangkala deukeut, kadang jauh (Sangkuriang ngudag-ngudag Dayang Sumbi)
Intisari papatah nu dibewarakeun:
Sasakala Sangkuriang nyaritakeun kahirupan manusa nu gumelarna ka dunya mangrupakeun papasten ti Nu Maha Kawasa ngaliwatan cukang lantaran indung jeung bapa.
Ingsun ngumbara di dunya ngagunakeun raga nu asal tina saripati dunya, nyaeta acining bumi, acining cai, acining angin/hawa jeung acining seuneu ngaliwatan kadaharan jeung inuman nu dikonsumsi, napas jeung panas nu diserep. Kulantaran raga asal tina saripati dunya, nya tangtu timbul napsu-napsu dina diri manusa nu asal ti dunya, sedengkeun gumelarna ingsun ka dunya oge ngaliwatan raga nu ngabogaan napsu, sabab mun teu aya napsu tangtu moal aya kahirupan di dunya, kulantaran eta teu meunang maehan napsu, tapi kudu dikadalikeun sangkan teu kabetot ku kadunyaan. Elmu Sunda teu ngajarkeun manusa pikeun tatapa ninggalkeun urusan dunya, sabab eta hartina sarua jeung nu ngaleungitkeun hakekat kamanusaanana.
Keur kahirupan di dunya ingsun kudu motekar nempa diri sangkan luhung ku elmu jembar ku pangabisa, tapi kudu inget Ingsun lain urang dunya sabab asal ti Nu Maha Suci nu tangtu ngabogaan kawajiban pikeun ngaping jeung ngajaga diri sangkan sagala tekad, ucap jeung langkah teu ingkar tina papagon kamanusaan jeung kasucian (kawin/manunggaling kuring jeung kurung).
Dina raraga ngawulaan kabutuhan raga/kurung, ingsun(kuring) ngagunakeun tujuh Pangawasa Gusti nu ngancik dina dirina, nyaeta pangawasa, pengersa, hirup, pangrungu, pangandika, awas jeung pangangseu (guriang tujuh).
Kade masing taliti, yen dina diri manusa teh aya tilu kakuatan nu bisa marentah diri, nyaeta akal-pikiran, rasa-napsu jeung jati ingsun sorangan. Dina perkara ieu, ingsun nu kudu jadi nahoda ngadalikeun akal-pikiran jeung rasa-napsu pikeun kaperluan ingsun ngalakonan kahirupan di dunya, sabab lamun akal-pikiran jeung rasa-napsu geus miheulaan ingsun bakal timbul kasombongan adigung-adiguna nu ngabatalkeun manunggalna kuring jeung kurung pikeun ngahontal kahirupan di dunya nu didumasaran kamanusaan jeung kasucian. Mun nyana kitu lir ibarat parahu nangkub anu balukarna bakal kaduhung jeung ngarasa hirup euweuh hartina, tungtungna hate ngarangrangan nalangsa saendengna. Kulantaran kitu, mangkahade upama can bisa kawin, ingsun ulah eureun ngudag-ngudag kurung sangkan bisa manunggal.
Kitu intisari harti nu kasungsi tina legenda Sangkuriang, ku kituna pamuga pedaran ieu tiasa nambah kareueus parawargi urang Sunda, yen bukti geuning kalinuhungan luluhur urang Sunda teh. Nu leuwih penting deui sanggeus harti, hayu atuh urang nyungsi ka diri sorangan, naha tekad, ucap jeung lampah urang
geus tepi kana ”kawinna Sangkuriang ka Dayang Sumbi”?.
Sumangga atuh.
Aya hiji putri raja di tatar Sunda nu geulis kawanti-wanti endah kabina-bina nu ngaranna Dayang Sumbi, tapi hanjakal manehna diasingkeun ka leuweung alatan nandang panyakit nu teu cageur-cageur, nu dianggap bisa ngabalukarkeun boborna wibawa jeung komara sang Raja.
Dina sajeroning pangasingan, pikeun ngaleungitkeun kakesel, nya sapopoena sok ngadon ninun di saung ranggonna Hiji mangsa keur anteng ninun, taropong paragi ngasupkeun benang kana rentangan anyaman benang murag ka handapeun saung. Kulantaran keur kagok digawe tambah hoream turun ti saung, Dayang Sumbi ngucap ka sing saha bae nu daek mangnyokotkeun jeung nganteurkeun eta alat ka manehna, lamun awewe rek dijadikeun dulur, mun lalaki rek dijadikeun salaki.. Nya harita aya anjing jalu nu ngaran si Tumang nyokot eta alat jeung nganteurkeun ka Dayang
Sumbi. Barang mireungeuh yen nu nganteurkeun taropong teh mangrupa anjing jalu atuh kacida ngagebegna ku alatan geus ragrag ucap nu keur elmu sunda mah ucap teh sarua jeung sumpah nu teu meunang dibolaykeun.
Bari ngaheruk ku lantaran geus sumpah tea, nya kapaksa Dayang Sumbi kudu ngalakonan kawin jeung anjing nu ngaran si Tumang, nepi ka boga budak lalaki nu kacida kasepna nu dingaranan Sangkuriang. Sangkuriang ti orok nepi ka mangkat baleg, salawasna diasuh jeung diaping ku Si Tumang, kamana Sangkuriang lumampah didinya si Tumang ngintil marengan. Hiji mangsa Dayang Sumbi hayangeun pisan jantung mencek, mani asa geus aya dina lentah, nya gancang nitah Sangkuriang sangkan moro mencek jeung kudu kabawa jantungna. Tapi dadak dumadakan harita nepi ka sapoe jeput teu panggih jeung sato naon-naon, sedeng waktu geus nyerelek maju ka burit. Sangkuriang bingung ku lantaran can hasil nedunan kahayang nu jadi indung, Sangkuriang sieun nu jadi indungna bendu mun mulang teu mawa hasil. Barang ret ka si Tumang nya timbul akalna, terus si Tumang dipanah jeung dicokot jantungna, terus dibawa jeung dipasrahkeun ka indungna. Ku Dayang Sumbi ditarima terus diasakan.
Dina sajeroning masak Dayang Sumbi ras inget ka si Tumang, anu saterusna ditanyakeun ka Sangkuriang kamana si Tumang. Barang ditanya kitu Sangkuriang ngabetem teu ngajawab, tapi sanggeus disedek, ahirna Sangkuriang wakca balaka, yen anu eukeur dipasak ku Dayang Sumbi teh eta jajantungna si Tumang. Atuh dadak sakala Dayang Sumbi ambek kacida sabab si Tumang the bapana Sangkuriang, bakat ku ambek sinduk batok nu keur dipake masak harita ditakolkeun kana sirah Sangkuriang nepi ka baloboran getih nu ngabalukarkeun sirahna pitak jeung terus diusir. Sangkuriang minggat teu puguh arah tujuan kalunta-lunta asup leuweung kaluar leuweung naek gunung-turun gunung, asup guha kaluar guha, nya bari ngelmu sakapan-paran.
Gancangna carita liwat welasan taun Sangkuriang tumuwuh jadi jajaka nu gagah kasep tur luhung ku elmu, jembar ku pangabisa. Kersaning nu Maha Kawasa, hiji
mangsa panggih jeung Dayang Sumbi nu sacara lahir wujudna teu robah lir parawan welasan taun geulis kabina-bina lir widadari ti kahiyangan, lantaran ngagem elmu awet jaya. Duanana pada-pada teu wawuh pangrasana karek tepung munggaran harita. Barang paamprok timbul tatali asih, pada-pada mentangkeun jamparing asih geugeut layeut lir gula jeung peueut teu bisa dipisahkeun, nya terus patali jangji rek hirup babarengan ngawangun rumahtangga ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salogak Hiji mangsa Dayang Sumbi keur anteng nyiaran buuk Sangkuriang, katenjo aya pitak dina sirah Sangkuriang, harita Dayang Sumbi ngagebeg sabab ras inget ka nu jadi anakna waktu keur leutik ditakol ku sinduk persis palebah eta pitak. Nya gancang tatalepa tumanya ka Sangkuriang nalungtik sajarahna eta pitak. Sanggeus dicaritakeun nu sabenerna atuh kacida reuwasna horeng eta Sangkuriang teh anakna nu geus heubeul diteangan dianti-anti hayang kapanggih deui, atuh gancang ku Dayang Sumbi dibejer-beaskeun yen sabenerna manehna teh indungna kalayan menta ka Sangkuriang sangkan pamaksudan hayang hirup laki-rabi jeung manehna dibolaykeun, sabab teu mungkin anak kawin ka indung.
Ngadenge caritaan Dayang Sumbi kitu Sangkuriang teu percaya, alesanana teu mungkin wujud nu jadi indung bisa leuwih ngora tibatan dirina, Sangkuriang boga anggapan yen caritaan kitu teh, sakadar alesan pikeun ngabolaykeun jangji pasini. Dayang Sumbi terus ngajebejerbeaskeun ceuk paribasa nepi ka beak dengkak ngajelaskeun sangkan nu jadi anak sadar jeung narima kana kanyataan nu tumiba, tapi Sangkuriang tetep teu percaya jeung keukeuh maksa pikeun ngawujudkeun tali rarabi rumahtangga, malahan jadi ngabuburu sagala hayang harita keneh dilaksanakeun. Mireungeuh kahayang Sangkuriang kitu, Dayang Sumbi ngaheruk buntu laku beakeun jalan pikeun nyingkahan, harita timbul akal
sangkan tali rarabi bisa dibatalkeun ku jalan nyanggupan pikeun kawin tapi aya sarat, nyaeta Sangkuriang dina jero sapeuting kudu bisa ngabendung nyieun talaga gede jeung parahu pikeun lalayaran madukeun kaasih, nu ceuk pikirna pamohalan eta sarat bisa katedunan ku Sangkuriang.
Sangkuriang nyanggupan, kalayan gancang guragiru ngumpulkeun madia baladna bangsa lelembut nu katelah Guriang Tujuh, nya prak migawe naon nu dipikahayang Dayang Sumbi. Teu kungsi sapeuting eta pagaweaan ampir anggeus, atuh nempo kaayaan kitu Dayang Sumbi kacida reuwasna, sabab sieun ku dosa. Dayang Sumbi terus sidakep situhu tunggal mujasmedi, jumerit menta pituduh Nu Kawasa sangkan Sangkuriang teu bias nganggeuskeun pagaweanana. Sangeus nampa pituduh, gura-giru Dayang Sumbi ngerahkeun masyarakat di wewengkon eta sangkan ngebeberkeun jeung ngelebetkeun boeh rarang nu didamaran ku obor nu nimbulkeun pantulan cahaya katingalina mangrupa balebat tanda peuting rek ganti beurang, kitu oge ibu-ibu jeung para wanoja dikeprik dimana-mana sangkan gancang babarengan narutu lisung tutunggulan.
Ku ayana cahaya jeung lisung tutunggulan, hayam jago jadi reang pating kongkorongok. Mireungeuh kajadian kitu, Guriang Tujuh nu keur ngangsitkeun pagawean kacida reuwaseun, atuh gancang kalabur ngalaleungit deui teu sanggup neruskeun sabab sieun kabeurangan, nu balukarna naon nu jadi sarat ti Dayang Sumbi teu bias direngsekeun ku Sangkuriang.
Ngarasa ditipu Sangkuriang kacida ambekna, parahu nu can rengse terus ditalapung nya ragrag jadi Gunung Tangkuban parahu, tunggul-tunggul sesa nuar kai pikeun nyieun parahu robah ngajadi Gunung Bukittunggul, sedengkeun tumpukan dahan, pangpang, rerenteng jeung daun kai ngajadi Gunung Burangrang. Sangkuriang teu puas, anu saterusna ngudag-ngudag Dayang Sumbi, ceuk sakaol sapanjang jaman tepi ka wanci ayeuna Sangkuriang masih terus ngudag-ngudak Dayang Sumbi.
Harti dina carita nu kasungsi :
Galur carita Sangkuriang nu runtut kalayan cocog jeung kaayaan alam Pasundan, hususna wewengkon ”Danau Purba Bandung” karasa nyata tur hirup oge sakral. Hal ieu ngabuktikeun kalinuhungan luluhur sunda nu nyusun carita.
Sangkuriang asal tina kecap Sang Kuring atawa Ingsun. Gubragna Sangkuriang ka dunya hasil kawin si Tumang jeung Dayang Sumbi ku alatan taropong murag. Taropong hartina toropong nyaeta alat pikeun nempo sangkan leuwih talilti, eces tur museur. Tumang teh mangrupakeun anjing hideung tapi bangus jeung buntutna koneng. Dumasar kana simbul-simbol warna dina palsapah kasundaan, hideung perlambang bumi/lemah nu ngabogaan sifat kateguhan, katetepan, pengkuh, sedengkeun Koneng ngalambangkeun angin sifatna kadunyaan. Jadi tina wujud Tumang ngandung harti ieu carita perkara dunya jeung nu nuturkeun/turun ka dunya (manusa) nu mangrupakeun katetepan ti nu Maha Kawasa. ”Tumang” tina basa kawi hartina hawu atawa dapuran seuneu anu oge ngandung maksud hawa napsu, sedengkeun ”dayang” nyaeta sebutan keur awewe, harti lianna asal tina kecap dangiang/dahyang nu hartina bangsa lelembut atawa halus.
Dayang bisa oge dihartikeun asal tina kecap dang (= dangdang) jeung hyang (= suci = dewa). Sumbi nyaeta seuseukeutna katimang (sing seukeut nya nimang), sedengkeun upama dipenggel ngandung harti wujud diri (sum = sumsum = acining; bi = awewe = ibu pertiwi = bumi).
Jadi Dayang Sumbi ngandung harti sing seukeut tinimangan, kudu lantip dina nyungsi harti ngaguar rasa kanyahokeun sing taliti yen wujud diri teh hakekatna suci nu asal tina acining ibu pertiwi/bumi nu kaancikan ku napsu (Dayang Sumbi kawin ka si Tumang).
Palebah dieu nyata kalinuhungan luluhur urang Sunda dina milih kecap pikeun ngalarapkeun pasangan hawa napsu jeung wujud waruga, oge bisa luyu jeung harti lian nu masangkeun harti hawu jeung dangdang. Dayang Sumbi tetep geulis awet jaya, upama disungsi bakal nganyatakeun yen ti jaman ayana manusa di dunya tepi kaayeuna wujud diri manusa teh tetep geulis, pantes teu robah strukturna, manusa teu bisa nyieun wujud, sok sanajan tepi ka wujud geus pareot, ilaharna teu aya manusa nu hayang ninggalkeun warugana, malahan tetep dipikacinta dipikaasih, ku kuringna. Dina palsapah/kapercayaan Sunda netelakeun yen Sang Kuring atawa Ingsun lain sifat ragawi/lahir, oge lain
sifat rohani/batin, tapi anu dilahiran jeung dibatinan.
Ingsun (kuring)mangrupakeun dat suci nu asal ti Gusti Nu Maha Suci nu sapanjang di alam dunya ngancik dina wujud manusa sakuringna-sakuringna.
Gumelarna ingsun ka dunya ngaliwatan cukang lantaran indung bapa nu dina carita ngaliwatan indung nu ngaran Dayang Sumbi sarta bapa nu ngaran Tumang. Di dunya Ingsun ngancik dina wujud waruga/diri nu asal tina acining/ saripati dunya (dayang Sumbi), kulantaran kitu hawa napsu salawasna marengan Sangkuriang (Tumang sok ngintil marengan). Mun teu aya hawa napsu nu marengan raga, tinangtu moal aya kahirupan di dunya jeung moal aya ingsun nu gumelar ka dunya. Kusabab eta waktu si Tumang di paehan Dayang Sumbi kacida benduna, nu hartina lamun hawa napsu dipaehan tangtu kapentingan raga kaluli-luli nu balukarna bakal leungit kahirupan manusa di dunya (sawang kumaha balukarna mun sarupaning napsu dahar/nginum, napsu gawe, napsu birahi, napsu pikeun ningkatkeun diri jeung napsu-napsu lianna dipaehan, tinangtu kahirupan di dunya bakal punah), matak dina elmu Sunda mah teu aya ajaran pikeun maehan napsu, ngan tangtu kudu dikadalikeun, manusa sunda teu meunang ngasingkeun diri ninggalkeun urusan dunya.
Hirup ingsun di dunya kudu ngabogaan elmu hasil ngasah jeung olah pikir dina uteukna nu mancar dina gawe nu rancage, nu dina carita disimbulkeun sirah Sangkuriang ditakol ku sinduk tepi ka pitak.
Sangkuriang maksa hayang kawin ka Dayang Sumbi ngandung harti, yen kulantaran Ingsun asal ti Gusti nu hakekatna suci, tinangtu ngabogaan rasa jeung tanggungjawab pikeun nyalametkeun diri/waruga asal ti dunya nu diancikanana sangkan salamet kukuh mituhu teu ingkar tina papagon kamanusaan, ku cara ngamanunggalkeun kuring jeung kurungna dina hiji parahu nu sahaluan sapanjang ngumbara ngalakonan kahirupan di dunya (parahu pikeun lalayaran di talaga).
Dina ngalaksanakeun gawena, Sangkuriang dibantu ku Guriang Tujuh (= Guru hyang tujuh), maksudna tujuh pangawasa suci nu asal ti Gusti nu ngancik dina diri manusa, nyaeta : pangawasa/gerak-langkah, pangersa/kadaek, hirup, pangrungu/denge, awas, pangandika/ ucap, pangangseu/ambeu, nu jadi guru jati manusa pikeun nganyahokeun, ngarasakeun, nyaksikeun kaayaan dunya jeung pangeusina, lain cenah lain beja estuning dirasakeun ku sorangan sakuringna-sakuringna.
Pon kitu deui digunakeun pikeun ngalalakon kahirupan di dunya jeung ngudag kahayang/cita-cita sarta ningkateun harkat jeung martabat dirina. Boeh rarang dibeberkeun jeung dikelebetkeun dicaangan obor, nyimbulkeun akal pikiran nu dicaangan ku elmu/katerang/kanyaho nu ditembrakkeun/dikibarkeun atawa diwujudkeun dina kahirupan (gawe akal pikiran).
Lisung tutunggulan nyimbulkeun napsu nu ngagolak (gawe rasa/napsu), sedengkeun hayam jago pating kongkorongok ngalambangkeun kasombongan jeung katakaburan, nepak dada ngarasa ieu aing jago. Elmu spiritual Sunda ngajentrekeun yen aya tilu unsur dina diri manusa nu bisa ngawasa kana pamarentahan diri, nyaeta kakuatan akal/pikiran, kakuatan rasa/napsu, jeung kakuatan jati ingsun. Dina perkara ieu ingsun kudu bisa ngadalikeun akal-pikiran jeung rasa/napsu (ingsun jadi supir/nahoda). Lamun akal pikiran jeung rasa napsu geus miheulaan ingsun (Sangkuriang kabeurangan lantaran boeh dioboran jeung lisung tutunggulan nu terusna kongkorongok), tangtu kuring jeung kurung teu bisa kawin (teu bisa manunggal), balukarna hirup manusa lir ibarat parahu nangkub (Tangkubanparahu) teu bisa dipake ngalakonan kahirupan di dunya (lalayaran di talaga) nu didumasaran ku ajen luhung kamanusaan jeung kasucian, tungtungna ngan bati hanjelu kaduhung sagede gunung ibarat tunggul (Bukittunggul), hate nalangsa ngarangrangan ngarasa hirup euweuh ajen (Burangrang). Tapi sok sanajan batal kawin, ku lantaran ngarasa boga kawajiban salila gumelar di dunya, Ingsun (kuring) teu weleh ngudag-ngudag supaya kurung bisa dikawin, nu kadangkala deukeut, kadang jauh (Sangkuriang ngudag-ngudag Dayang Sumbi)
Intisari papatah nu dibewarakeun:
Sasakala Sangkuriang nyaritakeun kahirupan manusa nu gumelarna ka dunya mangrupakeun papasten ti Nu Maha Kawasa ngaliwatan cukang lantaran indung jeung bapa.
Ingsun ngumbara di dunya ngagunakeun raga nu asal tina saripati dunya, nyaeta acining bumi, acining cai, acining angin/hawa jeung acining seuneu ngaliwatan kadaharan jeung inuman nu dikonsumsi, napas jeung panas nu diserep. Kulantaran raga asal tina saripati dunya, nya tangtu timbul napsu-napsu dina diri manusa nu asal ti dunya, sedengkeun gumelarna ingsun ka dunya oge ngaliwatan raga nu ngabogaan napsu, sabab mun teu aya napsu tangtu moal aya kahirupan di dunya, kulantaran eta teu meunang maehan napsu, tapi kudu dikadalikeun sangkan teu kabetot ku kadunyaan. Elmu Sunda teu ngajarkeun manusa pikeun tatapa ninggalkeun urusan dunya, sabab eta hartina sarua jeung nu ngaleungitkeun hakekat kamanusaanana.
Keur kahirupan di dunya ingsun kudu motekar nempa diri sangkan luhung ku elmu jembar ku pangabisa, tapi kudu inget Ingsun lain urang dunya sabab asal ti Nu Maha Suci nu tangtu ngabogaan kawajiban pikeun ngaping jeung ngajaga diri sangkan sagala tekad, ucap jeung langkah teu ingkar tina papagon kamanusaan jeung kasucian (kawin/manunggaling kuring jeung kurung).
Dina raraga ngawulaan kabutuhan raga/kurung, ingsun(kuring) ngagunakeun tujuh Pangawasa Gusti nu ngancik dina dirina, nyaeta pangawasa, pengersa, hirup, pangrungu, pangandika, awas jeung pangangseu (guriang tujuh).
Kade masing taliti, yen dina diri manusa teh aya tilu kakuatan nu bisa marentah diri, nyaeta akal-pikiran, rasa-napsu jeung jati ingsun sorangan. Dina perkara ieu, ingsun nu kudu jadi nahoda ngadalikeun akal-pikiran jeung rasa-napsu pikeun kaperluan ingsun ngalakonan kahirupan di dunya, sabab lamun akal-pikiran jeung rasa-napsu geus miheulaan ingsun bakal timbul kasombongan adigung-adiguna nu ngabatalkeun manunggalna kuring jeung kurung pikeun ngahontal kahirupan di dunya nu didumasaran kamanusaan jeung kasucian. Mun nyana kitu lir ibarat parahu nangkub anu balukarna bakal kaduhung jeung ngarasa hirup euweuh hartina, tungtungna hate ngarangrangan nalangsa saendengna. Kulantaran kitu, mangkahade upama can bisa kawin, ingsun ulah eureun ngudag-ngudag kurung sangkan bisa manunggal.
Kitu intisari harti nu kasungsi tina legenda Sangkuriang, ku kituna pamuga pedaran ieu tiasa nambah kareueus parawargi urang Sunda, yen bukti geuning kalinuhungan luluhur urang Sunda teh. Nu leuwih penting deui sanggeus harti, hayu atuh urang nyungsi ka diri sorangan, naha tekad, ucap jeung lampah urang
geus tepi kana ”kawinna Sangkuriang ka Dayang Sumbi”?.
Sumangga atuh.
Langganan:
Postingan (Atom)
Cari Tutorial Yang Anda Inginkan
Foto profil
Nama : Sulaeman Susanto
Email : sanx_boy@yahoo.com
Email : santo.bangkir@gmail.com
Support By : pasarkode.com
Support By : sora9n.wordpress.com
komentar
Blog Archive
-
▼
2011
(28)
-
▼
Januari
(23)
- Asal Usul Kumandang Adzan
- Rasa Kasih Terlihat Dalam Mata
- Taubatnya malik Bin Dinar
- Salman Al-Faris R.A
- Sebutir Korma Penjegal Do'a
- Cinta
- Sahabat
- Puisi Kesetiaan Cinta
- Si Kancil Dan Siput
- Cinderela
- Istana Bunga
- Pangeran Katak
- Aladin Dan Lampu Ajaib
- Kancil Dan Harimau
- Malin Kundang
- Allah Ada Tanpa Tempat Dan Arah
- Legenda Danau Toba
- Sangkuriang
- Landi Landak Yang Kesepian
- Kancil Si Pencuri Timun
- Ibu
- Dirimu Memang Tangguh
- Semut Dan Kepompong
-
▼
Januari
(23)